Showing posts with label lingkungan hidup. Show all posts
Showing posts with label lingkungan hidup. Show all posts

12 July, 2008

Global warming

Global Warming: Ramalan Hancurnya Kehidupan Manusia ???

Global warming menjadi sebuah tema yang sedang marak diperbincangkan oleh banyak pihak. Berbagai media massa menjadikan masalah ini sebagai sorotan utama dan kalimat pengisi headline. Apakah ini adalah permasalahan baru yang dihadapi umat manusia? Tentu saja tidak, pemanasan global adalah isu lama yang kian menghangat, dalam pengertiannya secara harfiah maupun metaforis.
Secara umum, global warming dapat didefinisikan sebagai proses menghangatnya bumi dalam beberapa kurun waktu. Proses ini adalah gejala alamiah, jika bumi tidak mengalami penghangatan maka dapat dipastikan bahwa bumi akan membeku seperti pada masa ice age. Lalu, kalau global warming adalah suatu gejala alamiah kenapa begitu banyak pihak yang meributkannya? Permasalahannya adalah ulah manusia yang telah menjadikan proses ini berjalan abnormal.
Sejak berkembangnya teknologi industri, pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam dan batubara meningkat dengan pesat. Penggunaan sumber energi ini menghasilkan emisi gas buangan dengan karbondioksida (CO2) sebagai kandungan yang dominan. Apa akibatnya? Akibatnya gas CO2 ini terakumulasi dan membentuk sebuah lapisan pada atmosfer bumi. Lapisan inilah yang kemudian menjadi ‘kaca penahan’ bagi panas bumi yang keluar. Panas bumi tersebut dipantulkan berkali-kali sehingga memperkuat penghangatan yang terjadi secara alamiah. Umumnya peristiwa ini disebut sebagai Greenhouse Effect.
Bahaya utama dari peristiwa tersebut adalah meningkatnya temperatur bumi yang mengalami efek domino. Kronologisnya adalah sebagai berikut: Pertama, temperatur di bumi naik, hal ini menyebabkan mencairnya salju di pegunungan dan es di kutub-kutub; Kedua, Lelehan dari salju dan es tersebut menambah volume air di laut sehingga permukaannya bertambah tinggi; Ketiga, naiknya permukaan air laut berakibat langsung pada bertambahnya musim kemarau dan berkurangnya musim hujan, perubahan iklim terjadi, hewan-hewan bermigrasi, spesies hewan dan tumbuhan mengalami penurunan jumlah, pasokan air bersih berkurang, disharmonisasi alam terlaksana dan kelangsungan hidup umat manusia pun terancam.
Selain akibat-akibat yang diutarakan di atas, perubahan iklim yang semakin memanas juga memegang andil dalam naiknya prosentase kebakaran hutan. Frekuensinya semakin sering terjadi dan area pembakarannya meluas. Lahan gambut, yang merupakan vegetasi penyerap gas CO2, ikut terbakar habis dan artinya potensi untuk mengurangi lapisan rumah kaca di atmosfer bumi pun berkurang drastis.
Jika belum juga mendapat mendapat gambaran tentang bahaya yang menunggu umat manusia ‘di depan sana’ coba saja bayangkan jika Anda berada pada suatu masa dimana dunia mengalami krisis pangan dan air bersih; banyak daerah pesisir yang hilang ditelan laut, yang berarti menghasilkan ribuan bahkan puluhan ribu korban jiwa; hari-hari Anda lewati seperti berada di dalam sauna; sumber-sumber energi seperti minyak dan gas alam disamping sangat terbatas, menjadi sangat mahal; banyaknya sektor kehidupan yang terhambat dan mati seperti sektor pertanian, perikanan, kelautan, pariwisata, transportasi dan lain-lain. Dan itu semua belum lagi setengahnya dari hal-hal yang akan kita hadapi sebagai imbas dari global warming.Setelah mengetahui kerugian yang akan kita terima, akankah kita tetap berdiam diri dan membiarkan hal-hal itu terjadi? Partisipasi kita dalam memelihara kehidupan bisa dimulai dari melakukan penghematan dalam penggunaan bahan energi, mencari sumber energi alternatif, gunakan listrik secukupnya, ganti barang-barang elektronik dengan yang ramah lingkungan, dan last but not least: cintai alam sekitar sebagaimana Anda mencintai diri sendiri.
(Dirangkum dari berbagai sumber)

28 June, 2008

PEDULI LINGKUNGAN

Cara Mudah Memilih Furnitur Taman

Artikel Terkait:
Bila Pria Lajang Menyukai Taman
Jumat, 13 Juni 2008 11:59 WIB
Taman harus bisa dinikmati. Secara visual, taman harus menyejukkan mata. Keberadaan ruang di dalamnya perlu dibuat agar kesegaran aneka tanaman dapat benar-benar dirasakan secara langsung. Di sana orang dapat bersantai melepas penat. Aktivitas santai di taman dapat terealisas antara lain dengan menempatkan furnitur pada salah satu sudut taman. Sebelum memilih furnitur, sebaiknya pertimbangkan konsep dan suasana taman, yang ingin diciptakan. Segi fungsi secara otomatis akan mendukung terciptanya suasana taman, yang diharapkan. Umumnya, pilihan furnitur taman terbagi dalam dua bagian besar. Pertama, furnitur yang "tertanam" bersama taman. Sifatnya permanen dan cenderung menyatu dengan taman. Kedua, furnitur yang bisa berdiri sendiri. Sifatnya lebih fleksibel, baik dalam desain, fungsi, maupun penempatan.Dalam memilih furnitur, perhatikan juga ukuran taman. Jika luas taman terbatas, misalnya 3mx2m, maka gunakan furnitur yang berukuran kecil. Sesuaikan jumlahnya dengan kebutuhan minimal. Ukuran yang terlalu besar dan jumlah terlalu banyak dapat membuat suasana taman sumpek. Akibatnya, upaya merilekskan diri bisa tak tercapai.
(sumber : kompas.com on line)

19 June, 2008

Makalah Hijau

AIR BERSIH SUMBER DAYA YANG RAWAN
Oleh Richard Middleton

Air merupakan unsur utama bagi hidup kita di planet ini. Kita mampu bertahan hidup tanpa makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air kita akan mati dalam beberapa hari saja. Dalam bidang kehidupan ekonomi modern kita, air juga merupakan hal utama untuk budidaya pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik, dan transportasi.
Semua orang berharap bahwa seharusnya air diperlakukan sebagai bahan yang sangat bernilai, dimanfaatkan secara bijak, dan dijaga terhadap cemaran. Namun kenyataannya air selalu dihamburkan, dicemari, dan disia-siakan. Hampir separo penduduk dunia, hampir seluruhnya di negara-negara berkembang, menderita berbagai penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan air, atau oleh air yang tercemar. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, 2 miliar orang kini menyandang risiko menderita penyakit murus yang disebabkan oleh air dan makanan. Penyakit ini merupakan penyebab utama kematian lebih dari 5 juta anak-anak setiap tahun.
Sumber-sumber air semakin dicemari oleh limbah industri yang tidak diolah atau tercemar karena penggunaanya yang melebihi kapasitasnya untuk dapat diperbaharui. Kalau kita tidak mengadakan perubahan radikal dalam cara kita memanfaatkan air, mungkin saja suatu ketika air tidak lagi dapat digunakan tanpa pengolahan khusus yang biayanya melewati jangkauan sumber daya ekonomi bagi kebanyakan negara.
Banyak orang memang memahami masalah-masalah pencemaran dan lingkungan yang biasanya merupakan akibat perindustrian, tetapi tetap saja tidak menyadari implikasi penting yang dapat terjadi. Sebagian besar penduduk bumi berada di negara-negara berkembang; kalau orang-orang ini harus mendapatkan sumber air yang layak, dan kalau mereka menginginkan ekonomi mereka berkembang dan berindustrialisasi, maka masalah-masalah yang kini ada harus disembuhkan. Namun bagaimanapun masalah persediaan air tidak dapat ditangani secara terpisah dari masalah lain. Buangan air yang tak layak dapat mencemari sumber air, dan sering kali tak teratasi. Ketidaksempurnaan dalam layanan pokok sistem saluran hujan yang kurang baik, pembuangan limbah padat yang jelek juga dapat menyebabkan hidup orang sengsara. Oleh karena itu, meskipun makalah ini memusatkan diri terutama pada air dan sanitasi, dalam jangka panjang akan sangat penting memikirkannya dari segi pengintegrasian layanan-layanan lingkungan ke dalam suatu paket pengelolaan air, sanitasi, saluran, dan limbah padat yang komprehensif.

Ketersediaan dan Kelangkaan Air

Air merupakan elemen yang paling melimpah di atas Bumi, yang meliputi 70% permukaannya dan berjumlah kira-kira 1,4 ribu juta kilometer kubik. Apabila dituang merata di seluruh permukaan bumi akan terbentuk lapisan dengan kedalaman rata-rata 3 kilometer. Namun hanya sebagian kecil saja dari jumlah ini yang benar-benar dimanfaatkan, yaitu kira-kira hanya 0,003%. Sebagian besar air, kira-kira 97%, ada dalam samudera atau laut, dan kadar garamnya terlalu tinggi untuk kebanyakan keperluan. Dari 3% sisanya yang ada, hampir semuanya, kira-kira 87 persennya,tersimpan dalam lapisan kutub atau sangat dalam di bawah tanah.
Dalam satu tahun, rata-rata jumlah tersebut tersisa lebih dari 40.000 kilometer kubik air segar yang dapat diperoleh dari sungai-sungai di dunia. Bandingkan dengan jumlah penyedotan yang kini hanya ada sedikit di atas 3.000 kilometer kubik tiap tahun. Ketersediaan ini (sepadan dengan lebih dari 7.000 meter kubik untuk setiap orang) sepintas kelihatannya cukup untuk menjamin persediaan yang cukup bagi setiap penduduk, tetapi kenyataannya air tersebut seringkali tersedia di tempat-tempat yang tidak tepat. Misalnya, lembah sungai Amazon memiliki sumber yang cukup tetapi mengekspor air dari sini ke tempat-tempat yang memerlukan adalah tidak ekonomis.
Selain itu, angka curah hujan sering sangat kurang dapat dipercaya, sehingga persediaan air yang nyata sering jauh di bawah angka rata-rata yang ditunjukkan. Pada musim penghujan, hujan sangat hebat, namun biasanya hanya terjadi beberapa bulan setiap tahun; bendungan dan tandon air yang mahal diperlukan untuk menyimpan air untuk bulan-bulan musim kering dan untuk menekan kerusakan musibah banjir. Bahkan di kawasan-kawasan "basah" ini angka yang turun-naik dari tahun ke tahun dapat mengurangi persediaan air yang akan terasa secara nyata. Sedangkan di kawasan kering seperti Sahel di Afrika, masa kekeringan yang berkepanjangan dapat berakibat kegagalan panen, kematian ternak dan merajalelanya kesengsaraan dan kelaparan.
Pembagian dan pemanfaatan air selalu merupakan isu yang menyebabkan pertengkaran, dan sering juga emosi. Keributan masalah air bisa terjadi dalam suatu negara, kawasan, ataupun berdampak ke benua luas. Di Afrika, misalnya, lebih dari 57 sungai besar atau lembah danau digunakan bersama oleh dua negara atau lebih; Sungai Nil oleh sembilan, dan Sungai Niger oleh 10 negara. Sedangkan di seluruh dunia, lebih dari 200 sungai, yang meliputi lebih dari separo permukaan bumi, digunakan bersama oleh dua negara atau lebih. Selain itu, banyak lapisan sumber air bawah tanah membentang melintasi batas-batas negara, dan penyedotan oleh suatu negara dapat menyebabkan ketegangan politik dengan negara tetangganya.
Karena air yang dapat diperoleh dan bermutu bagus semakin langka, maka percekcokan dapat semakin memanas. Di seluruh dunia, kira-kira 20 negara, hampir semuanya di kawasan negara berkembang, memiliki sumber air yang dapat diperbarui hanya di bawah 1.000 meter kubik untuk setiap orang, suatu tingkat yang biasanya dianggap kendala yang sangat mengkhawatirkan bagi pembangunan, dan 18 negara lainnya memiliki di bawah 2.000 meter kubik untuk tiap orang.
Lebih parah lagi, penduduk dunia yang kini berjumlah 5,3 miliar mungkin akan meningkat menjadi 8,5 miliar pada tahun 2025. Beberapa ahli memperkirakan bahwa tingkat itu akan menjadi stabil pada angka 16 miliar orang. Apapun angka terakhirnya, yang jelas ialah bahwa tekanan yang sangat berat akan diderita oleh sumber-sumber bumi yang terbatas. Dan laju angka kelahiran yang tertinggi justru terjadi tepat di daerah yang sumber-sumber airnya mengalami tekanan paling berat, yaitu di negara-negara berkembang.
Dalam tahun-tahun belakangan ini, sebagian besar angka pertumbuhan penduduk terpusat pada kawasan perkotaan. Pertumbuhan penduduk secara menyeluruh di negara-negara berkembang kira-kira 2,1 persen setahun, tetapi di kawasan perkotaan lebih dari 3,5%. Daerah kumuh perkotaan atau hunian yang lebih padat di kota yang menyedot pemukim baru termiskin tumbuh dengan laju sekitar 7% setahun.
Hunian pinggiran yang lebih padat sering dibangun secara membahayakan di atas tanah yang tak dapat digunakan untuk apapun, seperti bukit-bukit terjal yang labil atau daerah-daerah rendah yang rawan banjir. Kawasan semacam itu tidak sesuai dengan perencanaan kota yang manapun, dipandang dari segi tata-letak ataupun kebakuan. Karena kawasan semacam itu dianggap sah secara hukum dan bersifat "darurat", pemerintah kota biasanya tidak cepat melengkapinya dengan prasarana seperti jalan, gedung sekolah, klinik kesehatan, pasokan air, dan sanitasi. Namun sebenarnya hunian semacam ini tak pelak akan menjadi pola bagi kota yang harus dilayani dengan prasarana modern; hal ini mempunyai implikasi-implikasi baik untuk pemecahan secara teknis maupun secara lembaga yang akan diperlukan sebagai syarat supaya segala layanan mencapai semua orang dan berkesinambungan.
Di sementara negara, masalah terbesar mengenai persediaan air berkembang bukan hanya dari masalah kelangkaan air dibanding dengan jumlah penduduk, melainkan dari kekeliruan menentukan kebijakan tentang air, dan baru menyadari masalah-masalah tersebut lama setelah akibat yang tak dikehendaki menjadi kenyataan. Jadi meskipun penambahan investasi dalam sektor ini diperlukan, penambahan itu perlu disertai dengan perubahan: Prioritas utama haruslah pada cara pemanfaatan paling bijak terhadap investasi besar yang telah ditanam dalam sektor ini setiap tahun.
(sumber : www.usembassyjakarta.org/)