10 November, 2010

“Terima kasih untuk baksonya, nasi goreng, emping, dan kerupuk,”

Isi Pidato Lengkap Obama di Istana Merdeka


Presiden AS Barack Obama dan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka, Jakarta. AP Photo/Charles Dharapak

TEMPO Interaktif, Jakarta -Kunjungan Presiden Amerika Serikat Barack Hussein Obama begitu menarik perhatian. Dalam jamuan makan malam di Istana Merdeka semalam, dia akhirnya menyantap nasi goreng dan bakso yang ia rindukan. “Terima kasih untuk baksonya, nasi goreng, emping, dan kerupuk,” ujar Obama dalam pidato sambutan jamuan makan malam di Istana Merdeka, Selasa (9/10). “Semuanya enak!”


Sebelum makan malam, Obama dan Yudhoyono membahas kemitraan komprehensif antara Indonesia dan Amerika Serikat. Enam hal yang dibahas adalah kerja sama investasi, perdagangan, perekonomian, pendidikan, energi, dan kerja sama politik secara lebih mendalam dan terukur. Ia pun menegaskan keinginan Amerika Serikat untuk menjadi mitra dagang nomor satu Indonesia. "Saya tak ingin nomor tiga, melainkan nomor satu."

Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono memberikan tanda jasa Bintang Jasa Utama kepada ibu Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Stanley Ann Dunham Soetoro. Menurut Yudhoyono, penelitian yang dilakukan Stanley Ann Dunham mengenai peran perempuan dalam pemberdayaan ekonomi mikro kredit di desa-desa sangat berguna bagi peneliti Indonesia.

Stanley Ann Dunham adalah ibu dari Obama. Dia merupakan antropolog yang meneliti antropologi ekonomi dan perkembangan desa-desa. Stanley meninggal di usia 52 tahun pada 7 November 1995.

Obama mengucapkan terima kasih atas penghargaan tersebut. "Atas nama keluarga saya mengucapkan terima kasih," katanya.

Berikut isi lengkap pidato Obama dalam jamuan makan malam, Selasa (9/10) yang dilansir oleh situs Gedung Putih.



PRESIDENT OBAMA: President Yudhoyono, Mrs. Yudhoyono, to all the distinguished guests who are here today, thank you for this extraordinary honor. I am proud and humbled to accept this award on behalf of my mother. And although she could not be here in person, I know that my sister Maya Soetoro would be equally proud.

Now, I’m going to have the opportunity to speak tomorrow and so I will try to keep my remarks brief. First of all, thank you for the bakso. (Laughter.) The nasi goring. (Applause.) The emping. (Laughter.) The kerupuk. (Laughter.) Semuanya enak. (Laughter.) Thank you very much. (Applause.)

But the fact, Mr. President, that you would choose to recognize my mother in this way speaks to the bonds that she forged over many years with the people of this magnificent country. And in honoring her, you honor the spirit that led her to travel into villages throughout the country, often on the back of motorcycles, because that was the only way to get into some of these villages.

She believed that we all share common aspirations -- to live in dignity and security, to get an education, to provide for our families, to give our children a better future, to leave the world better than we found it. She also believed, by the way, in the importance of educating girls and empowering women, because she understood that when we provide education to young women, when we honor and respect women, that we are in fact developing the entire country. That’s what kept bringing my mother back to this country for so many years. That’s the lesson that she passed on to me and that’s the lesson that Michelle and I try to pass on to our daughters.

So on behalf of our entire family, we thank you. I am deeply moved. It is this same largeness of heart that compels us tonight to keep in our thoughts and prayers all those who are suffering who from the eruptions and the tsunami and the earthquake. With so many in need tonight, that’s one more reason for me to keep my remarks short.

As a young boy in Menteng Dalam 40 years ago, I could never imagine that I would one day be hosted here at Istana Negara -- never mind as President of the United States. I didn’t think I would be stepping into this building ever. (Laughter and applause.)

And I know that much has been made about how a young boy could move between such different countries and cultures as Indonesia and the United States. But the truth is, is that our two countries have far more in common than most people realize. We are two peoples who broke free from colonial rule. We are both two vast nations that stretch thousands of miles. We are both two societies that find strength in our diversity. And we are two democracies where power resides in the people. And so it’s only natural that we should be partners in the world.

I am fortunate to have a very strong partner in President Yudhoyono -- Indonesia’s first directly elected president, and a leader who has guided this nation through its journey into democracy. And our two nations are fortunate that we are forging a partnership for the 21st century. And as we go forward, I’m reminded of a proverb: bagai aur dengan tebing -- like bamboo and the river bank, we rely on each other.

And so I would like to propose a toast. In the spirit of friendship between our two countries, we are reminded of the truth that no nation is an island, not even when you’re made up of thousands of islands. We all rely on each other together, like bamboo and the river bank. And like my mother riding between villages on a motorcycle, we are all stronger and safer when we see our common humanity in each other.

So President Yudhoyono, and to all the distinguished who are here, thank you for your extraordinary friendship and the warmth with which you have received Michelle and myself. And I promise that it won’t take so long before I come back.

MERAPI -NASA

Sebuah citra yang sangat spektakuler dirilis oleh NASA. Image yang dibuat oleh NASA ini merupakan sebuah citra satelit yang seringkali dipakai untuk melihat tingkat panas sebuah objek. Citra yang diambil pada tanggal 1 November ini dirilis pada tanggal 5 November 2010.

Citra ini merupakan gambaran bagaimana arah luncuran aliran Pyroclastic dari Merapi yang terlihat mengarah ke Selatan.

Citra ini tentusaja sangat membantu karena dengan sensor panas inilah kita mampu melihat kearah mana luncuran aliran piroklastik dari Merapi.

Arah luncuran piroklasktiknya ke arah Selatan

Arahnya ke Selatan

Dengan citra ini tentusaja tiodak dapat dipungkiri lagi bahwa arah selatan merupakan arah bahaya utama merapi seperti yang sudah sering disampaikan oleh Pak Surono dari PVMBG bahwa arah Sungai Gendol merupakan arah yang berbahaya dan sangat berpotensi terkena lahar dingin.

Arah luncuran ke selatan menuju Sungai Gendol (merah jambu). Namun Sungai Code (Merah) disebelah baratnya juga berbahaya karena curah hujan tinggi di puncak.

Overlay dengan menggunakan GoogleMap diatas mudah untuk dimengerti mengapa Sungai Gendol (merah jambu) dan Sungai Code (Merah) merupakan dua sungai yang harus diperhatikan dan waspada terhadap banjir lahar dingin.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi melaporkan bahwa dua aliran piroklastik bergerak turun gunung berapi pada 30 Oktober. Aliran piroklastik adalah avalanche gas sangat panas, abu, dan batuan yang mengalir menyusuri salah satu sisi gunung berapi dengan kecepatan tinggi. ASTER ini hanya menggambarkan atau mencitrakan salah satu dari arus aliran awanpanas.

Letusan Merapi ini belum menunjukkan tanda-tanda melambat. Setelah beberapa hari episode erupsi, gunung berapi mulai letusan pada 3 November yang lima kali lebih kuat dari pada tanggal 26 Oktober dan berlangsung lebih dari 24 jam. Ini adalah letusan paling besar dari gunung Merapi sejak 1870-an.

Jarak luncurannya melebihi 7.5 Km dari Puncak Merapi. Panjang luncurannya sekitar 5 Km.

Gambar diatas memperlihatkan Gunung Merapi telah diliputi awan selama terjadi letusan, tetapi pada 30 Oktober Advanced Spaceborne Emisi Termal and Refleksi Radiometer (ASTER) di satelit Terra NASA menangkap tanda termal abu panas dan batu dan kubah lava pijar. Data termal di-overlay pada peta tiga dimensi gunung berapi untuk menunjukkan lokasi perkiraan aliran. Data tiga dimensi dari model topografi global dibuat dengan menggunakan pengamatan stereo ASTER.

26 October, 2010

Merapi

Merapi
Ketinggian 2.968 m (9.737 kaki)
Daftar Ribu
Lokasi
Lokasi Klaten, Boyolali, Magelang (Jawa Tengah), Sleman (DI Yogyakarta)
Koordinat 7°32'30" LS 110°26'30" BT
Geologi
Jenis stratovolcano
Letusan terakhir 26 Oktober 2010



Gunung Merapi adalah yang termuda dalam kumpulan gunung berapi di bagian selatan Pulau Jawa. Gunung ini terletak di zona subduksi, dimana Lempeng Indo-Australia terus bergerak ke bawah Lempeng Eurasia. Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu, dan sampai 10.000 tahun lalu jenis letusannya adalah efusif. Setelah itu, letusannya menjadi eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan kubah-kubah lava.

Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar antara lain di tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan besar pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan kerajaan Mataram Kuno harus berpindah ke Jawa Timur. Letusannya di tahun 1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1400 orang.

Letusan pada November 1994 menyebabkan hembusan awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban puluhan jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa. Catatan letusan terakhir gunung ini adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus.


15 October, 2010

HAMPIR LUPA


Siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses
man jadda wajada

18 October, 2009

BAGI RASA

Imbas Sistem Informasi Teknologi dalam hidup berkaul
(Suryadi, CSA)
Der, sudah buka pesan di facebook ? kata salah satu teman dalam suatu kesempatan?. Kemudian spontan saya menjawab : Aduh maaf banget ada pesan to, belum itu !” Dalam kesempatan berikutnya kemudian saya mencoba berdiskusi dengan teman tadi, baik tentang fungsi, kegunaan dan kesempatan saya menggunakan alat komunikasi tersebut. Yang jelas sisi postif ada namun demikian sisi negatif juga tidak sedikit. Antara lain dapat tukar pikiran, diskusi namun juga berdampak pada terbuangnya waktu, karena harus duduk beberapa waktu.

Berbicara masalah IT yang pertama muncul dalam pemikiran saya adalah Internet dan Hand phone, mungkin masuk juga dalam pemikiran media cetak seperti Koran, Televisi, radio namun setelah 2 yang diatas. Koran. TV serta Radio dengan ke modernitasnya kiranya kita pun mendapat informasi yang begitu komplit, cepat, dan up to date dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dibelahan bumi bahkan yang terbaru sekalipun. Internet dan HP saya rasakan yang paling menggema karena sangar sering sekali menjadi sorotan tidak hanya dalam kehidupan membiara namun menjadi isu santer dalam dunia pendidikan. Ada ungkapan menggelitik yang mungkin menjadi sindiran bagi sebagian orang yakni : Hari gini tidak punya email ? Kemudian dilanjutkan Ah Gaptek ! (bc : gagap teknologi). Lebih santer lagi sindiran-sindiran didunia kampus : Gimana sudah ngeblogger apa belum? Lagi ber FB ya ? (bc: face book). Kemudian bagi yang sudah masuk dalam dunia maya seperti itu akan berkembang diskusi mengenai Frendster, Flixster, Bloger meski eranya lebih dulu dari pada komunikasi via Facebook.
Mungkin ada benarnya jika dikatakan bahwa perkembangan teknologi informasi telah mengubah cara pandang dan pola pikir manusia menjadi semakin praktis dan efisien dalam memperoleh informasi dan pengetahuan. Saat ini, model penyampaian pengetahuan mulai memanfaatkan pembelajaran elektronik (e-learning). Siap atau tidak, pembelajaran yang berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) telah dimulai. Refleksi kita bersama siapkah kita….?
Zaman ini adalah zaman globalisasi, saat dunia dirasakan lebih kecil dari sebelumnya, ibarat pelosok dunia dapat dijelajah dalam waktu cepat. Informasi terkini dari manapun dapat segera diketahui. Semua berkat Teknologi Informasi. Dengan kemajuan teknologi yang canggih, seperti handphone, internet, televisi dan lain-lain, dunia juga terasa semakin sempit, karena berbagai informasi dapat diketahui orang di seluruh dunia secara tepat, dan juga seluruh kebutuhan manusia dari yang primer sampai yang sekunder tercukupi. Tetapi, di balik ini ada satu hal yang perlu diperhatikan, orang hanya ingin enaknya saja atau dengan kata lain muncul istilah budaya instant. Semua serba cepat, mulailah orang meninggalkan suatu proses. Celakanya lagi sikap seperti ini tidak dialami kaum awam saja. Tapi oleh kaum religius biarawan dan biarawati.
Berbagai persoalan tiga kaul yang diucapkan kaum biarawan dan biarawati yang meliputi kaul keperawanan, kemiskinan dan ketaatan. Ketiga kaul ini kadang memberikan problem dalam bentuk berbagai godaan, sehingga ada dari kaum religius, biarawan dan biarawati yang tidak setia dalam mengabdi kepada Tuhan dan akhirnya keluar dari keanggotaan. Kaul keperawanan, merupakan salah satu kaul kekal yang diucapkan oleh kaum biarawan-biarawati. Dalam kaul ini perlu disadari, hidup tidak menikah adalah anugerah yang Tuhan berikan secara pribadi. Mereka bersyukur atas kaul keperawanan ini. Namun sering kita juga sulit merasa bersyukur, karena semangat hidup selibat tidak kuat, mengalami hambatan besar dalam hidup, mereka tidak peduli dengan penghayatan kaul keperawanan.
Dalam kehidupan sehari-hari, perlu adanya penghayatan kaul kemurnian dalam bentuk kebersamaan sebagai salah satu saudara yang dipanggil. Jika tidak dihayati secara sungguh-sungguh, akan berakibat buruk. Kita juga dituntut untuk menghadapi godaan yang begitu pelan dan lembut, maka kita harus berani dengan tegas menolak. Kita bisa merenungkan kata-kata Rasul Paulus, yaitu roh itu penurut, tetapi daging itu lemah.
Kaul kemiskinan, hendaknya membawa kepada suatu kebahagiaan, karena kita dapat menghayati secara sungguh-sungguh dalam kehidupan membiara. Namun, beberapa orang merasa bahwa kaul kemiskinan dirasakan mengikat dan menekan. Karenanya kita mesti berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan, serta menemukan arti tujuan hidup yang sebenarnya. Kadangkala muncul pikiran dalam diri kita, bolehkah kita memiliki fasilitas yang lengkap? Dalam hal ini, kita harus memiliki sikap dan patokan sebagai pegangan. Kita mesti merefleksikan bentuk kemiskinan yang akan menimbulkan bentrokan dalam diri. Di sisi lain, kaul kemiskinan ini juga dapat menumbuhkan semangat murah hati. Kita diajak untuk hidup jujur dan menjadi pejuang keadilan bagi kaum kecil.

Dampak IT
Kemajuan Teknologi Informasi dapat berdampak bagi individu, lembaga maupun masyarakat. Dampak ini tidak dirasakan sebagai suatu yang baru, karena sejak tahun 1980 para ahli Intelektual dari Inggris menunjukkan argumentasi secara filosofis mengenai dampak revolusi industry bagi masyarakat yang sudah diawali sejak tahun 1960-1970 (bukunya Samuel Butler, dalam materi sistem informasi ,Deasy Christiana) dikatakan bahwa terdapat kecenderungan dari masyarakat yang tetap bertahan yang dikenal dengan masyarakat yang menolak adanya system mekanik (system dengan mesin) yang mengarah pada penolakan terhadap teknologi baru termasuk IT., meski demikian ada pula sebagian masyarakat yang percaya bahwa individu / person diancam dengan adanya evolusi teknologi. Masyarakat dewasa ini tidak menolak teknologi, bahkan sudah menerapkan dan menggunakan teknlogi tersebut. Banyak yang menyadari bahwa komputer, mesin-mesin komunikasi adalah teknologi dasar atau esensi untuk mempertahankan dan mendukung bebarapa aspek dari suatu budaya, disinilah peran individu sangat penting dalam mengambil keputusan apakah akan menerima atau menolak budaya dari evolusi tesebut. Perlu dicatat bahwa system informasi akan dibangun, digunakan, dan dipelihara dan akan terus berkembang.
Teknologi informasi telah mengubah paradigma lama dimana hidup apa adanya, menggunakan sarana seadanya, namun setiap hari disuguhi aneka kemajuan bahkan tak terbatas, Akan diamkah kita sebagai kaum biarawan melihat dunia semakin cepat melangkah bahkan berlari cepat, ataukah kita cukup mengatakan saya sampai disini saja ? Profesionalitas membutuhkan perubahan dan perubahan ada pada kemajuan teknologi, maka tidak perlu menutup mata betapa pentingnya menguasai teknologi informasi demi meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan tentu saja output atau hasil dikemudian hari.


(Pustaka : dari berbagai sumber)

20 May, 2009

SELAMAT HARI RAYA KENAIKAN TUHAN

Bacaan:
Kis.1:1-11; Mzm.47:2-3.6-7.8-9Mat.28:16-20
Sesudah bangkit, Yesus berjumpa dengan para rasul-Nya di bukit Galilea. Ketika itu, ada yang bersujud, ada yang masih ragu bahwa itu Yesus. Yesus menghampiri mereka dan menegaskan bahwa Ia berkuasa baik di surga maupun di bumi. Lalu Yesus mengutus mereka. Misi perutusan: jadikan semua bangsa murid Yesus dan jarilah mereka segala yang diajarkan Yesus. Ajaran Yesus yang utama:"mencintai Tuhan dan mencintai sesama." Para murid mengajarkan tidak hanya dengan kata-kata tetapi juga melalui tindakan: seperti Yesus Sang Guru. Kitapun diajak untuk mencintai Tuhan dan sesama dengan tindakan-tindakan nyata dalam hidup kita.
Kontemplasi:
Ciptakan waktu hening 2-3 menit. Alami dan rasakan bahwa Anda ikut serta bersama para rasul berjumpa dengan Yesus di bukit Galilea. Andapun ikut serta dalam tugas perutusan dari Yesus itu.Doa:Ya Yesus Tuhan dan sahabat kami. Ajarilah kami untuk semakin mencintai Tuhan dan sesama kami dengan hati yang tulus dan murni. Amin.
Perutusan:
Aku hari ini mau mencintai Tuhan dengan berdoa dan mencintai sesama, dan dengan tindakan membantu seseorang sebelum malam tiba nanti.

16 May, 2009

Permenungan


Pilihan bebas
(oleh-oleh permenungan diri)

Akhir bulan Agustus tahun lalu, saya mengadakan retret pribadi 8 hari di Pertapaan Santa Maria, Rawaseneng, Temanggung. Ini adalah kali ke 3 saya memilih tempat yang sama yakni tahun 2005, 2006, dan 2008. Menjadi pertanyaan kecil dalam diri saya yang selanjutnya saya renungkan : Mengapa ya saya memilih tempat itu ? Apa enaknya memilih tempat yang jauh, sendirian ! Memang barangkali ketika orang lain berbagi tentang pengalaman retret yang merasakan menu makan luar bisa enaknya, kamar yang sejuk ber AC, rombongan, sehingga nyaman, ketemu kenalan lama, lalu diakhir retret ada rekreasinya ke pantai atau hal-hal yang “serba” mengenakkan, lalu saya menceritakan tentang pengalaman bagaimana tinggal dalam kamar sempit, silentium sepanjang hari, harus menahtur jadual sendiri, pembimbing yang seorang imam pertapa, mengikuti peribadatan komunitas dimana rutin 7 kali dalam sehari, menu makan sangat biasa, melayani sendiri pokoknya self service. Biasa dan serba apa adanya…..
Saya belajar dari Sejarah hidupnya Santo Benediktus dimana terlihat jelas kepribadian Benediktus sebagai seorang pemimpin biara yang ramah tamah, bijaksana dan penuh pengertian. Sikapnya sangat moderat baik dalam hal doa, kerja, pewartaan, makanan, tidur, dan lain- lainnya.

Masuk dalam permenungan : Iya ya, bukankah peletak dasar kongregasi kita adalah seorang imam pertapa ( Pastor Willem Hellemons, O.Cist), semangat apa yang bisa saya timba !
Pilihan bebas itu yang senantiasa saya dengungkan dalam hati ini, tidak ada yang meminta dan tidak ada yang menunggu tetapi saya berniat dan saya mau seperti itu. Kalau lebih jauh saya rasakan ada sesuatu yang menyentuh dalam hati ini yakni kesenyapan dan ritme yang mengajak untuk setia. Secara fisik delapan hari melakukan hal yang sama baik ritme harian, acara, suasana serta, menu jasmani yang tidak jauh berbeda, pun mengalami kebosanana namun menilik apa yang dilakukan oleh para rahib yang bukan hanya 8 hari bahkan ada yang puluhan tahun melakukan hal serupa ditempat yang sama sungguh terbayang rasa osan yang besar. Namun toh mereka TETAP bisa. Sungguh hal yang luar biasa berangkat dari pilihan bebas.
Keunggulan (bc : kelebihan) dari membangun kesetiaan antara lain kesadaran diri bahwa saya mau melakukan dengan kesungguhan. Kesetiaan bagi religius saya kira menjadi pegangan adlam melangkahkan hidup ke depan disamping. Jika setia melakukan hal-hal sederhana kedepan bisa diandalkan melakukan hal-hal yang lebih besar. Didalam Dekrit Tentang pembaharuan dan penyesuaian hidup religius dinyatakan bahwa Unsur-unsur yang umum pada pelbagai bentuk hidup religius yakni para anggota tarekat di mana pun juga hendaknya mengingat, bahwa mereka pertama-tama telah menanggapi panggilan Allah dengan mengikrarkan nasehat-nasehat Injil, sehingga mereka tidak hanya mati bagi dosa (lih. Rom 6:11), melainkan dengan mengingkari dunia hidup bagi Allah semata-mata. Sebab seluruh hidup telah mereka baktikan untuk mengabdi kepada-Nya. Dan itu merupakan suatu penyucian istimewa.
Saya berpikir bahwa kesadaran akan pilihan bebas ini tertanam dalam hati dan berdampak pada sikap mau mengambil bentuk askesis dalam hidup. Kemauan untuk mau berjerih lelah, mau merasakan bagaimana tradisi yang biasa menjadi luar bisa nilainya. Saya mengandaikan bahwa ibarat orang makan biasanya dengan tangan kanan, bersendok, memakai piring kemudian mencoba mengalami yang tidak biasa dengan daun pisang, memakai tangan, atau mencoba dengan tangan kiri. Namun yang penting dari itu semua adalah kesadaran dari dalam diri, bahwa saya mau mengalami hal itu.

10 May, 2009

Oleh-Oleh 2

Teman-teman berikut ini saya bagikan sesutu yang semoga bermanfaat. Ini merupakan hasil kiriman dari bruderPU saya yang sengaja saya copy untuk dibagikan.

Meditasi

Kata “meditasi” berasal dari kata bahasa Latin “meditare”,

yang dapat diurai lagi menjadi “stare in medio” yang artinya:

- tetap tinggal di pusat

“Kontemplasi” berarti “berada dalam bait Allah” bersama Allah..

Bait Allah adalah hati kita, dimana Roh Allah berada.

“Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan

bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (1Kor 3:16)

“Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu” (Luk 17: 21)

Metode meditasi ada di berbagai agama dan kepercayaan, tetapi yang menjadikan kekhasan bahwa meditasi itu adalah Kristiani, karena berpusat pada Yesus Kristus.

Oleh karena itu, tidak bisa dipakai sembarang meditasi, karena ada yang tidak berpusat pada Yesus Kristus.

Doa, berarti mengarahkan hati dan pikiran kepada Allah.

Pikiran adalah organ pengetahuan, hati adalah organ cintakasih. Pada akhirnya pikiran harus memberi jalan dan membuka diri bagi hati. Cintakasih adalah pengetahuan sempurna.

Doa pikiran, dengan rentetan kalimat, disebut juga dengan doa mental. Ini juga sebagian dari misteri doa. Ada juga doa hati, di mana kita tidak berpikir tentang Allah atau berbicara kepadaNya. Doa hati, berarti kita hanya berada bersama Allah yang hadir di dalam hati kita, di dalam Roh Kudus yang telah diberikan Yesus kepada kita. Roh Kudus adalah cintakasih, hubungan cintakasih yang terjalin antara Bapa dan Putera. Meditasi adalah doa hati yang menyatukan kita dengan Yesus dalam Roh. Baca Roma 8: 26.

Kita perlu beralih dari doa mental ke doa hati.

Doa kontemplatif atau doa hati adalah perlu bagi siapapun dan apapun panggilan hidupnya. Doa kontemplatif adalah bentuk doa yang oleh St. Thomas Aquino disebut MENGENYAM KEBENARAN. Meditasi setiap hari membimbing kita ke arah itu.

Kita belajar berdoa hati, bukan dengan berusaha berdoa mental, melainkan dengan melepaskan segala upaya kita untuk berdoa dan belajar HADIR di hadapan Allah.

Pertanyaan yang penting, bagaimana kita bisa membuka diri pada pengalaman kasih di dalam hati kita?

Ada 3 unsur pokok kontemplasi:

  1. Hening,
  2. diam,
  3. sederhana.

Untuk memahami meditasi Kristiani, kita tidak perlu ingin tahu segalanya, seperti ilmuwan yang harus tahu segala seluk-beluk hal yang dipelajarinya, tetapi yang penting adalah langsung mengalaminya. Seperti orang yang mau mengerti apa itu berenang, ia harus nyemplung masuk kolam dan mulailah ia mengalami apa itu berenang. Memang awalnya, glagepan, tapi lama-kelamaan bisa bereneng.

Di bawah ini cara Meditasi Kristiani :

Pastor John Main mengajarkan cara bermeditasi sebagai berikut:

  1. Pilih suatu tempat yang tenang.
  2. Duduk tenang dan senyaman mungkin dengan punggung tegak
  3. Tutup mata dengan lembut.
  4. Napas dalam.
  5. Rileks tetapi tetap sadar.
  6. Ucapkan kata-doa perlahan-lahan di dalam hati.
  7. Kata doa yang dianjurkan: Ma-ra-na-tha
  8. Tekun untuk terus mengucapkan kata doa yang dianjurkanselama bermeditasi.
  9. Bila anda sadar berhenti mengucapkan kata doa yang dianjurkan, kembalilah ucapkan lagi.
  10. Tetap menggunakan kata-doa yang sama selama bermeditasi
  11. Bermeditasilah selama 20-30 menit dua kali sehari, setiap pagi dan petang

Meditasi Kristiani akan membuahkan hasil BUAH-BUAH ROH, yaitu: kasih, sukacita, kedamaian, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Galatia 5: 22).

Meditasi Kristiani adalah sarana agar kita mencapai tujuan hidup rohani yang subur dan menghasilkan buah-buah Roh dari waktu ke waktu sepanjang hidup kita. Meditasi Kristiani menjadikan kita semakin serupa Kristus. Meditasi Kristiani merubahkan hidup semakin rohani dan terjadi perubahan batin.

Kita biasa merasa berubah kalau kita berkembang dalam pengetahuan dan berpikir, sementara dalam meditasi Kristiani kita tidak merasa seperti itu, tetapi terbuka agar Tuhan Yesus dalam Roh KudusNya mengubah hidup kita sampai subur menghasilkan buah-buah Roh.

Disarikan dari buku: Laurence Freeman, OSB, Latihan Harian MEDITASI KRISTIANI, Obor-Jakarta, 2008.

06 May, 2009

Oleh-oleh



Berbagi


Baru-baru ini saya mengadakan pembinaan rohani semi outbond bersama para pegawai yakni semua guru dan karyawan Santo Yusuf Madiun. Acara 3 hari, 1 mei hingga tanggal 3. Tempat yang dipakai yakni Rumah Retret Gedanganak Ungaran Jawa Tengah. Acara dikemas begitu unik oleh tim pendamping dari Sinergialife Consultan Semarang. Mengapa unik ? Pendampingnya orang-orang muda yang kami nilai cukup bisa membawa para peserta masuk ke dalam. Masuk kedalam yang saya maksudkan yakni paham, mengerti dan mau mengalami suasana yang tidak di sangka-sangka. Acara atau jadual tidak paparkan dengan jelas tetapi apa yang terjadi kemudian menjadi tanda tanya besar bagi peserta. Jumlah peserta 56 orang. Acara tiga hari sungguh menjadi waktu yang mengajak berefleksi baik secara pribadi maupun bersama. Ajakan ........ TETAP pada yang sudah ada, kemauan untuk maju, mau mengubah tradisi lama, keberanian, dan yang pasti adalah kekompakan mengembangkan lembaga ini semakin berprestasi, eksis , dan diterima masyarakat. Tantangan kedepan lembaga pendidikan adalah keberanian barsaing di tengah jaman. Masyarakat adalah konsumen, dan konsumen yang diutamakan adalah hasil produk. Jika kualitas produk menjadi yang utama maka akan berdampak pada pembangunan manusia yang seutuhnya.
Dalam kesempatan pembinaan rohani ini diperoleh hasil bahwa semua unsur yang terkait dalam tubuh Santo Yusuf akan bersama-sama menjaga, mengembangkan, membuat sekolah ini semakin sesuai yang dicita-citakan diatas.
Simbol-simbol makna pembinaan :
  1. kalau kita biasa makan dengan tangan kanan, dengan piring, dengan sendok lalu pernahkah kita makan dengan tangan kiri, makan dengan daun, makan tanpa sendok ?
  2. Buah-buah apa yang senantias kita harapkan dalam hidup ini. Kapan saya mengalami sedih, senang, dan penuh harapan. Apakah kita refleksikan mengapa demikian !
  3. Biasakan menanamkan hal-hal positip pada anak didik, orang lain dan pada diri kita sendiri.
  4. Motivasi diri, sangat penting utnuk memulai suatu perubahan.
  5. kekompakan, kebersamaan , persaudaraan, kerja sama adalah asset yang harus di kembangkan.
  6. Karunia Tuhan harus di optimalkan, telenta ahrus dikembangkan, dan skill harus terus menerus di gali sehingga bisa melayani dengan kerendahan hati.
  7. Sikap dan perilaku adalah proyeksi (cermin) diri.

Semoga oleh-oleh ini bermanfaat.

21 April, 2009

Etos kerja

Delapan ETOS KERJA menurut Jansen H Sinamo :
  1. kerja adalah rahmat - bekerja tulus penuh syukur
  2. kerja adalah amanah - bekerja benar penuh tanggungjawab
  3. kerja adalah panggilan - bekerja tuntas penuh integritas
  4. kerja adalah aktualisasi - bekerja penuh semangat
  5. kerja adalah ibadah - bekerja serius penuh kecintaan
  6. kerja adalah seni - bekerja cerdas penuh kreatifitas
  7. kerja adalah kehormatan - bekerja tekun penuh keunggulan DAN
  8. kerja dalah pelayanan - bekerja paripurna penuh kerendahan hati

SELAMAT PASKA 2009


Mengucapkan

SELAMAT MERAYAKAN

KEBANGKITAN TUHAN YESUS


SEMOGA

SEMANGAT KITA SEMAKIN BERTUMBUH

UNTUK MENELADAN KESETIAANNYA

05 January, 2009

Ajakan peduli lingkungan

Program

“Cinta lingkungan, Mengolah sampah menjadi uang”
(sudah di uji cobakan)


Tujuan :

  1. Pemanfaatan sampah sekaligus membuat lingkungan sekitar menajadi hijau, serta mendapatkan penghasilan.
  2. Membaca peluang dari barang yang tidak terperhatikan.
  3. Membantu penghijauan alam sekitar.


Sasaran :

1. Masyarakat umum
2. Insan pendidikan (guru/dosen/pelajar)

Cara kerja :

  1. Siapkan 3 kotak sampah berdekatan (usahakan yang permenen) ukuran 1 x 2 x 1 m dengan tutupnya dan satu tempat terbuka yang agak luas untuk pengeringan
  2. Buat lobang pada bagian bawah untuk peresapan limbah cair
  3. Siapkan bahan baku (sampah organic : daun, kertas, sampah dapur….) cincang kecil-kecil)
  4. Masukkan pada kotak pertama untuk jangka waktu 2 minggu siramkan cairan gula dan 5 ml EM 4 (dapat dibeli di toko pertanian). Jika mungkin tampung limbah cair dan siramkan pada tanaman Anda sebagai cairan penyubur.
  5. Aduk dan masukan pada kotak ke 2 dan biarkan selama 2 Minggu, sekali waktu aduk.
  6. Pindahkan ke kotak ke 3 dan biarkan selama 1 minggu setelah itu keluarkan dan keringkan. Andamendapatkan pupuk yang siap di lembutkan, bisa dengan mesin giling atau ditumbuk.
    Anda telah berhasil mencetak sampah menjadi pupuk organic murni, sangat membantu untuk penghijauan tanaman baik di kebun, tanaman hias, persemaian
  7. Kemas dalam plastic atau sesuai kebutuhan dan pasarkan.









02 January, 2009

SELAMAT NATAL

Untuk teman-teman, saudara - saudari, sahabat semua, dimanapun berada :
saya mengucapkan selamat NATAl, 25 Desember 2008
Dan selamat Tahun Baru 2009. Tuhan memberkati kita semua.

06 December, 2008

Menajeman senyum



Problem kelas teratasi setelah mengenal "jauhari"
(teori pengembangan organisasi)

11 October, 2008

MANAJEMAN DIRI

MENGAKESES KREATIFITAS

TIPS untuk Mengakses Kreatifitas Anda


Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar pernyataan yang mengatakan, “Orang itu kreatif banget sih…bisa bikin ini dan itu, banyak hal yang di kerjakan”. Kebanyakan orang beranggapan bahwa kreatifitas itu berkaitan dengan menciptakan suatu karya atau menghasilkan suatu barang dari yang belum ada, tetapi sebetulnya kreatifitas bisa juga bermakna bagaimana cara kita mengerjakan sesuatu.
Kreatifitas klasik biasanya berbentuk lukisan, lagu, tarian atau bahkan program komputer. Tetapi apabila Anda tidak mempunyai bakat dalam menciptakan kreatifitas klasik Anda masih bisa tetap kreatif. Kemampuan kreatifitas disini berkaitan dengan bagaimana cara Anda mengerjakan sesuatu. Dalam hal apapun, Anda sebaiknya selalu mencari ide baru untuk mengerjakan pekerjaan Anda secara lebih efektif dan efisien.
Contoh sederhananya : Apabila Anda diminta memindahkan tumpuk piring dari ruangan satu ke ruang lain yang cukup jauh. Pasti Anda tidak ingin hanya membawa 1 atau 2 piring sekali jalan. Tetapi pasti akan berpikir bagaimana tumpukan piring itu cepat habis pindah ke ruang lain. Caranya bisa jadi sekali jalan membawa 10 piring dengan ditumpuk atau bahkan lebih. Bisa juga mencari sarana yang bisa membawa lebih banyak lagi, misalnya kereta dorong, atau dengan sarana keranjang. Intinya ide akan muncul ! dari mulai menggunakan kedua tangan saja, sampai sarana pendukung lain. Anda pastinya ingin mencari cara bagaimana mengangkut piring-piring itu supaya Anda tidak kelelahan dan kehabisan waktu.
Anda selalu membuka pikiran untuk hal-hal baru yang berguna.
Dibawah ini beberapa sikap yang berguna untuk membuka akses kreatifitas yang ada dalam diri, seperti :
1. Selalu ingin mencari tahu, cara lain selain cara yang biasa. Nikmati keindahan setiap hari
2. Bersikaplah jujur, terbuka dan budayakan berbicara tentang topik-topik hangat hari itu.
3. Temukan satu keinginan yang harus Anda selesaikan hari itu.
4. Carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang headline surat kabar hari itu.
5. Bersikap konsisten dan tidak menyerah dalam mempelajari hal baru meskipun dirasa sangat sulit.

6. Berjuanglah untuk : Kamu bisa !
7. Kembangkan belajar dari pengalaman hari ini, meskipun rasanya pengalaman itu pahit. Jangan berhenti belajar.
8. Bangun budaya komunikasi, Malu bertanya, atau memilih tidak tahu sama sekali.
9. Ingatlah : tidak ada orang bodoh ! hanya oaring cerdas yang mau berausaha.
10. Nikmati anugerah hari ini. Bagikan kepada orang lain ilmu yang kamu dapat hari itu.
11. Hargai diri Anda sendiri, hargai orang lain.
12. Ucapkan : terima kasih ya Tuhan, hari ini saya bisa berbuat baik !



19 September, 2008

Belajar dari Negeri Jepang

Budaya Kerja Orang Jepang

Dari File : Ilmu Manajemen
Dari segi pemerintahan, sebelum terjadi perang negara Jepang telah memiliki partai-partai politik yang mencerminkan kepemimpinan demokratis yang dianutnya. Tapi ciri-ciri dan sifat-sifat kepemimpinan politik Jepang sesudah perang sangat sulit untuk dinilai. Tradisi maupun praktek kehidupan Jepang sedikit sekali menekankan pada “pemimpin-pemimpin” secara individual dan “kepemimpinan” dibanding dengan kultur Barat. Kecenderungan ini diperkuat oleh sifat multi-faksi dari kepemimpinan partai politiknya, dan besarnya peranan komite dan teknik-teknik, konsensus lainnya dalam pembuatan keputusan.
Suatu penelitian tentang penunjukan dari pembentukan kabinet-kabinet konservatif akhir-akhir ini akan menunjukkan pengaruh perang, kekalahan perang, dan pendudukan Amerika terhadap sifat kepemimpinan politik Jepang sesudah Perang Dunia II. Tokoh-tokoh militer dan wakil-wakil dari lingkungan istana dan aristokrat yang begitu kuat berpengaruh dalam kabinet sebelum perang sekarang tidak muncul lagi. Di antara kelompok elite sebelum perang, hanya politisi partai, birokrat, dan wakil-wakil dunia usaha yang masih tetap memegang posisi. Beban kekalahan perang, pembersihan yang didorong oleh Amerika atas unsur-unsur militer dan ultra-nasionalis dari jabatan-jabatan pemerintahan, dan diberlakukannya Konstitusi baru secara serempak telah menyingkirkan pemimpin-pemimpin tradisional dari jabatannya; akibat kekosongan kepemimpinan itu muncullah muka-muka baru di kalangan puncak partai-partai konservatif, yang sebagian besar masih tetap berada di tempatnya sampai sekarang. ( Sumber buku Perbandingan Pemerintahan Karya Dede Mariana )
Sedangkan bila dilihat dari segi kebudayaannya, kepemimpinan Jepang dikenal memiliki etos kerja yang sangat baik dalam memajukan negara atau organisasi yang berada di dalamnya. Diambil dari sumber yang ditulis oleh Ahmad Kurnia dari buku karya ANN WAN SENG, “RAHASIA BISNIS ORANG JEPANG (Langkah Raksasa Sang Nippon Menguasai Dunia)” diceritakan setelah bom atom Amerika menghunjam Hiroshima dan Nagasaki yang merupakan jantung kota Jepang tahun 1945, semua pakar ekonomi saat itu memastikan Jepang akan segera mengalami kebangkrutan. Namun, dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun, Jepang ternyata mampu bangkit dan bahkan menyaingi perekonomian negara yang menyerangnya. Terbukti, pendapatan tahunan negara Jepang bersaing ketat di belakang Amerika Serikat. Apalagi di bidang perteknologian, Jepang menjelma menjadi raksasa di atas negara-negara besar dan berkuasa lainnya. Dengan segala kekurangan secara fisik, tidak fasih berbahasa Inggris, kekurangan sumber tenaga kerja, dan selalu terancam bencana alam rupanya tidak menghalangi mereka menjadi bangsa yang dihormati dunia.
Dahulu Jepang bukanlah negara maju yang patut diperhitungkan dan ditakuti di dunia. Tapi siapa yang menyangka bahwa setelah mengalami kehancuran yang dahsyat pada Perang Dunia II dengan dijatuhkannya bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang mampu bertahan dan bahkan bangkit dengan kekuatan yang sangat luar biasa menjadi suatu negara maju di kawasan Asia Timur, dan mampu menempatkan negara dalam posisinya dalam jajaran negara-negara dengan perekonomian terkuat di dunia. Hal ini dibuktikan pada pertengahan era 1990-an, Product National Bruto (PNB) Jepang mencapai US$ 37,5 miliar atau 337,5 triliun rupiah, yang sekaligus menempatkan Jepang pada posisi ke-2 setelah Swiss yang memiliki PNB tertinggi di dunia. Selain itu Jepang merupakan negara yang tidak memiliki utang luar negeri. Jepang dikenal sebagai negara yang mempunyai banyak kekurangan antara lain dari segi fisik orang Jepang rata-rata berpostur kecil, wilayah teritorial yang sempit, dari segi tata letak geografis negara Jepang terletak di jalur lempeng pergeseran kerak bumi yang berpotensi rawan gempa bumi, sumber daya alam yang terbatas, dan masih banyak kekurangan yang lain. Tapi mengapa negara dengan banyak kekurangan ini mampu bertahan dan bangkit menjadi negara maju didunia? Apa keajaiban yang terjadi?
Jepang adalah negara yang tidak memiliki hasil dan sumber daya alamnya sendiri. Oleh karena itu, Jepang bergantung pada sumber-sumber dari negara lain. Negara tersebut tidak hanya mengimpor minyak bumi, biji besi, batu arang, kayu, dan sebagainya. Bahkan, hampir delapan puluh lima persen sumber tenaganya berasal dari negara lain. Hasil pertanian Jepang adalah yang tertinggi di dunia. Selain itu, Jepang juga mengimpor tiga puluh persen bahan makanan dari negara lain untuk memenuhi konsumsi makanan penduduknya. Namun, di Jepang pertanian masih menjadi sektor utama meskipun telah dikenal sebagai negara industri yang maju. Dengan kondisi tersebut bagaimana atau apa yang menjadi rahasia sehingga Jepang bisa menjadi penguasa ekonomi nomor satu didunia?
Mengapa negara Korea Selatan, Hongkong, Taiwan, Singapura, dan Indonesia tidak dapat menjadi seperti Jepang? Apakah karakter bangsa Jepang tidak dimiliki bangsa lain? Padahal, berdasarkan ciri fisik dan keadaan geografis, setengah negara tersebut yang lebih baik daripada Jepang. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menjelaskan hal tersebut. Objek penelian adalah pada sistem penggajian, etos dan budaya kerja orang Jepang. Pada dasarnya, etos dan budaya kerja orang Jepang tidak jauh beda dengan bangsa Asia lainnya. Jika mereka disebut pekerja keras, maka bangsa Cina, Korea dan bangsa Asia lainnya juga pekerja keras. Namun, mengapa bangsa Jepang yang lebih berhasil dan maju dibandingkan dengan bangsa Asia lainnya?
Dalam sistem pengelolaan organisasi bisa dibilang organisasi Jepang berbeda dengan sistem pengelolaan organisasi yang dianut oleh bangsa maju lainnya seperti Amerika. Perbedaan inilah yang membuat organisasi Jepang menjadi unik tapi banyak dicontoh oleh negara-negara berkembang di dunia. Dalam organisasi Jepang pengelola berawal dari posisi bawahan, oleh karena itu pengelola organisasi Jepang lebih akrab dan memahami bawahannya. Sikap terus terang mengurangi konflik antara pihak pengelola dan bawahan. Tim kerja merupakan pondasi dasar dalam organisasi Jepang untuk membentuk interaksi antara anggota tim dan bawahan. Fakta-fakta menarik yang yang dapat kita amati dari sistem pengelolaan organisasi Jepang antara lain: bangsa Jepang lebih suka mengaitkan diri mereka sebagai anggota organisasi dan perkumpulan tertentu jika memperkenalkan diri daripada memperkenalkan diri berdasarkan asal negara dan keturunannya. Mereka bangga jika dikaitkan dengan organisasi besar dan berprestasi, tempat mereka bekerja. Kemauan bangsa Jepang menjadi hamba organisasinya merupakan faktor kesuksesan negara itu menjadi penguasa besar dalam bidang ekonomi dan industri. Sikap ini ditunjukkan dengan cara mengorbankan pendapat pribadi, masa istirahat, gaji dan sebagainya untuk menjaga dan mempertahankan kelangsungan organisasinya. Sikap ini berbeda dengan bangsa barat yang memberikan ruang sebesar-besarnya kepada anggota organisasi untuk berpendapat dn mengemukakan pandangan. Dalam sistem pengelolaan Jepang ini individu tidak penting jika dibandingkan dengan perkumpulan dan organisasi.
Orang Jepang sanggup berkorban dengan bekerja lembur tanpa mengharap bayaran. Mereka merasa lebih dihargai jika diberikan tugas pekerjaan yang berat dan menantang. Bagi mereka, jika hasil produksi meningkat dan perusahaan mendapat keuntungan besar, secara otomatis mereka akan mendapatkan balasan yang setimpal. Dalam pikiran dan jiwa mereka, hanya ada keinginan untuk melakukan pekerjaan sebaik mungkin dan mencurahkan seluruh komitmen pada pekerjaan. Pada tahun 1960, rata-rata jam kerja pekerja Jepang adalah 2.450 jam/tahun. Pada tahun 1992 jumlah itu menurun menjadi 2.017 jam/tahun. Namun, jam kerja itu masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata jam kerja di negara lain, misalnya Amerika (1.957 jam/tahun), Inggris (1.911 jam/tahun), Jerman (1.870 jam/tahun), dan Prancis (1.680 jam/tahun). Ukuran nilai dan status orang Jepang didasarkan pada disiplin kerja dan jumlah waktu yang dihabiskannya di tempat kerja (hlm.70). Keadaan ini tentu sangat berbeda dengan budaya kerja orang Indonesia yang biasanya selalu ingin pulang lebih cepat. Di Jepang, orang yang pulang kerja lebih cepat selalu diberi berbagai stigma negatif, dianggap sebagai pekerja yang tidak penting, malas dan tidak produktif. Bahkan istri-istri orang Jepang lebih bangga bila suami mereka ”gila kerja” bukan ”kerja gila”. Sebab hal itu juga menjadi pertanda suatu status sosial yang tinggi.
Keberhasilan Jepang mempertahankan statusnya sebagai “Bapak Naga Asia” banyak dibantu oleh budaya kerja dan perdagangan rakyatnya. Agar produk mereka mampu bersaing di dunia Internasional, Jepang tidak hanya memperbaiki dan meningkatkan kualitas produknya, melainkan juga menciptakan berbagai barang lain yang diperlukan konsumen baik ditingkat mikro maupun makro. Sehingga perusahaan Jepang bersedia menghabiskan jutaan rupiah (sekitar 45 persen dari anggaran belanjanya) untuk membiayai penelitian dan pengembangan dalam rangka meningkatkan inovasi dan mutu produk. Selain itu mereka juga meletakkan kepercayaan dan jaminan kualitas sebagai aset terpenting pemasaran dan perdagangan. Tidak salah beberapa produknya menduduki posisi pertama dan menjadi pilihan konsumen karena lebih ekonomis, bermutu, mudah digunakan dan memiliki berbagai fungsi. Seperti Matsushita yang merupakan contoh terbaik perusahaan yang berhasil memecahkan dominasi dan monopoli perusahaan Barat. Begitu juga Walkman produk Sony yang menimbulkan fenomena luar biasa dikalangan remaja pada era 1980-an. Produk itu juga mencetuskan revolusi baru dalam perkembangan elektronik dan audio visual.
Sikap patriotisme bangsa Jepang juga menjadi salah satu faktor yang membantu keberhasilan ekonomi negaranya. Bangsa Jepang bangga dengan produk buatan negeri sendiri. Mereka juga menjadi pengguna utama produk lokal dan pada saat yang sama juga mencoba mempromosikan produk made in Japan ke seluruh dunia dari makanan, teknologi sampai tradisi dan budaya. Dimana saja mereka berada bangsa Jepang selalu mempertahankan identitas dan jatidiri mereka.
Minat dan kecintaan bangsa Jepang terhadap ilmu membuat mereka merendahkan diri untuk belajar dan memanfaatkan apa yang telah mereka pelajari. Mereka menggunakan ilmu yang diperoleh untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan produk Barat demi memenuhi kepentingan pasar dan konsumen. Bangsa Jepang memang pintar meniru tetapi mereka memiliki daya inovasi yang tinggi. Pihak Barat memakai proses logika, rasional dan kajian empiris untuk menghasilkan sebuah inovasi. Namun bangsa Jepang melibatkan aspek emosi dan intuisi untuk menghasilkan inovasi yang sesuai dengan selera pasar.
Untuk melancarkan urusan pekerjaanya, orang Jepang memegang teguh prinsip tepat waktu dengan tertib dan disiplin, khususnya dalam sektor perindustrian dan perdagangan. Kedua elemen itu menjadi dasar kemakmuran ekonomi yang dicapai Jepang sampai saat ini. Seperti pahlawan dalam cerita rakyat Jepang, si samurai buta Zatoichi, Jepang harus memastikan segala-galanya, termasuk rakyatnya, senantiasa bergerak cepat menghadapi perubahan disekelilingnya. Jika semuanya berhenti bergerak, maka ekonomi Jepang akan runtuh seperti Zatoichi yang luka dan mati karena gagal mempertahankan diri dari serangan musuh. Karena ia tidak bergerak dan hanya dalam keadaan statis.
Untuk itu, tidak ada alasan bagi Indonesia tidak bisa menjadi seperti Jepang. Indonesia memiliki sumber alam melimpah dari pada Jepang, tenaga manusia murah, infrastruktur yang baik, dan kedudukan geografis yang strategis. Tergantung kemauan, komitmen dan langkah pasti pemerintah serta masyarakatnya dalam mengaplikasikan formula ekonomi yang ampuh tersebut. Jika bangsa Jepang bisa melakukannya, maka tidak ada alasan untuk kita gagal melaksanakannya. Kekuasaan ada ditangan kita dan bukan terletak pada negara.
Namun sebelumnya, ada beberapa etos kerja dan budaya kerja bangsa Jepang yang bisa kita ketahui yang didapat dari http://suasanasegar71.multiply.com :
● Masyarakat Jepang tidak peduli pada agama.
Jika dibandingkan dengan masyarakat Indonesia, perbedaan yang paling besar antara masyarakat Jepang dengan Indonesia adalah masyarakat Jepang tidak peduli pada agama.
Dalam undang-undang dasar Jepang, pemerintah tidak boleh ikut campur dalam urusan agama. Dilarang keras memakai anggaran negara untuk hal-hal agama. Dalam pasal 20 tertulis bahwa semua lembaga agama tidak boleh diberi hak istimewa dari negara dan tidak boleh melaksanakan kekuatan politik, negara dan instansinya tidak boleh melakukan kegiatan agama dan pendidikan agama tertentu. Dan dalam pasal 89 tertulis bahwa uang negara tidak boleh dipakai untuk lembaga agama.
Maka di Jepang tidak ada ruangan untuk sembahyang seperti mushala di instansi negara (termasuk sekolah), tidak ada Departmen Agama, tidak ada sekolah agama negara (seperti IAIN di Indonesia).
Menurut beberapa penelitian, sekitar 70% orang Jepang menjawab tidak memeluk agama. Terutama, pemuda Jepang sangat tidak peduli agama. Pada tahun 1996, mahasiswa Jepang yang mempercayai agama tertentu hanya 7.6%. Orang Jepang tidak peduli orang lain agamanya apa, dan kalau dia mempercayai agama tertentu, biasanya dia tidak suka memamerkan agamanya sendiri. Orang Jepang tidak ikut campur urusan pribadi orang lain, dan masalah agama dianggap sebagai urusan pribadi.
Di Jepang pernah ada Perdana Menteri yang memeluk agama Kristen, namanya Ohira Masayoshi. Masa jabatannya dari tahun 1978 sampai 1980. Memang jumlah orang Kristen cuma 1% dari penduduk Jepang, tapi sama sekali tidak menjadi masalah dan sama sekali tidak mempengaruhi kebijakannya. Hal itu tidak dikatakan karena toleransi pada agama, lebih tepat disebut karena ketidakpedulian orang Jepang pada agama.
● Etika orang Jepang tidak berdasar atas agama
Robert N Bellah, menerbitkan buku berjudul Tokugawa Religion: The Cultural Roots of Modern Japan (1957) menganalisis kemajuan Jepang berdasar teori Max Weber yaitu Die Protestantische Ethik und der “Geist” des Kapitalismus (1905), menjelaskan peranan nilai agama pramodern itu dalam proses modernisasi. Bellah mengatakan ajaran “Sekimon shingaku” (Ilmu moral oleh ISHIDA Baigan) itu memerankan sebagai etos untuk modernisasi ekonomi. Selain itu, ada yang menilai ajaran salah satu sekte Buddha Jepang Jodo Shinshu sebagai etos seperti Protestan. Tentu saja ajaran-ajaran itu mementingkan kerja keras, mirip dengan ajaran Puritanisme (memang Islam juga). Di Jepang modernisasi di dalam bidang ekonomi dilakukan oleh pemerintah Meiji. Ideologi pemerintah Jepang adalah Shinto versi negara. Jadi, teori Max Weber tidak bisa diterapkan kepada Jepang. Di Jepang tidak ada agama yang mendorong proses kapitalisme.
Jepang dipenuhi dengan porno, dilimpah dengan tempat judi, orang Jepang suka sekali minum minuman keras. Tetapi pada umumnya orang Jepang masih berdisiplin, bekerja keras, masyarakat Jepang sedikit korupsi, lebih makmur, tertib, efisien, bersih dan aman (setidak-tidaknya tidak terjadi konflik antar agama) daripada Indonesia. Bagi orang Jepang, porno, judi, minuman keras, semua hanya sarana hiburan saja untuk menghilangkan stres. Kebanyakan orang Jepang tidak sampai adiksi/kecanduan.
Kalau begitu, etika orang Jepang berdasar atas segala sesuatu yang dianggap menguntungkan. Semua hal pasti di kerjakan, biarpun itu berbau porno asalkan senang dan mendatangkan keuntungan
● Etika orang Jepang : etika demi komunitas
Etika orang Jepang itu, tujuan utamanya membentuk hubungan baik di dalam komunitas. Kebesaran komunitas bergantung pada situasi dan zaman. Negara, desa, keluarga, perusahaan, pabrik, kantor, sekolah, partai, kelompok agama, tim sepak bola dll, bentuknya apapun, orang Jepang mementingkan komunitas termasuk diri sendiri. Sesudah Restorasi Meiji, pemerintah Meiji sangat menekankan kesetiaan pada negara. Sesudah perang dunia kedua, objek kesetiaan orang Jepang beralih pada perusahaan.
Tindakan pribadi dinilai oleh mendorong atau merusak rukun komunitas. Maka misalnya minum minuman keras juga tidak dimasalahkan, bahkan minum bersama diwajibkan untuk mendorong rukun komunitas.
Ajaran agama juga digunakan untuk memperkuat etika komunitas ini. Sedangkan Semitic monoteisme (agama Yahudi, Kristen dan Islam) mengutamakan Allah daripada komunitas, dan memisahkan seorang sebagai diri sendiri dari komunitas. Jadi Pemerintahan Tokugawa melarang Kristen. Tentu saja agama Buddha juga mengutamakan Kebenaran Darma daripada komunitas, tetapi ajaran sisi seperti itu ditindas. Sementara Konfusianisme sengat cocok dengan etika demi komunitas ini. Tetapi, orang Jepang tidak mengorbankan sendiri tanpa syarat demi komunitas. Hal ini jelas terutama di dalam etos kerja orang Jepang.
Etos kerja seperti itulah yang membuat kepemimpinan perusahaan Jepang yang besar membentuk 3 sistem :
(1). Sistem ketenagakerjaan sepanjang hidup, yakni perusahaan biasanya tidak putus hubungan kerja.
(2). Sistem kenaikan gaji sejajar umur, yakni perusahaan menaikan gaji pekerjanya tergantung umur mereka.
(3). Serikat pekerja yang diorganisasi menurut perusahaan, yakni, berbeda dengan pekerja yang diorganisasi menurut jenis kerja, semua pekerja sebuah perusahaan, jenis kerja apapun, diorganisasi satu serikat pekerja.
Oleh ketiga sistem ini, pekerja menganggap dirinya kuat sebagai anggota perusahaannya dan merasa kesetiaan kepada perusahaannya. Di atas ketiga sistem ini, etos kerja dan budaya kerja orang Jepang berkembang. Kenyataannya, ketiga sistem ini dibentuk hanya di perusahaan besar, tidak ada di perusahaan kecil. Tetapi ketiga sistem ini menjadi teladan bagi perusahaan kecil juga.
Ciri-ciri etos kerja dan budaya kerja orang Jepang adalah,1. Bekerja untuk kesenangan, bukan untuk gaji saja. Tentu saja orang Jepang juga tidak bekerja tanpa gaji atau dengan gaji yang rendah. Tetapi kalau gajinya lumayan, orang Jepang bekerja untuk kesenangan. Jika ditanya “Seandainya anda menjadi milyuner dan tidak usah bekerja, anda berhenti bekerja ?”, kebanyakan orang Jepang menjawab, “Saya tidak berhenti, terus bekerja.” Bagi orang Jepang kerja itu seperti permainan yang bermain bersama dengan kawan yang akrab. Biasanya di Jepang kerja dilakukan oleh satu tim. Dia ingin berhasil dalam permainan ini, dan ingin menaikkan kemampuan diri sendiri. Dan bagi dia kawan-kawan yang saling mempercayai sangat penting. Karena permainan terlalu menarik, dia kadang-kadang lupa pulang ke rumah. Fenomena ini disebut “work holic” oleh orang asing.
2. Mendewakan langganan. Memang melanggar ajaran Islam, etos kerja orang Jepang mendewakan client/langganan sebagai Tuhan. “Okyaku sama ha kamisama desu.” (Langganan adalah Tuhan.) Kata itu dikenal semua orang Jepang. Kata ini sudah motto bisnis Jepang. Perusahaan Jepang berusaha mewujudkan permintaan dari langganan sedapat mungkin, dan berusaha berkembangkan hubungan erat dan panjang dengan langganan.
3. Bisnis adalah perang. Orang Jepang yang di dunia bisnis menganggap bisnis sebagai perang yang melawan dengan perusahaan lain. Orang Jepang suka membaca buku ajaran Sun Tzu, The Art of War untuk belajar strategis bisnis. Sun Tzu adalah sebuah buku ilmu militer Tiongkok kuno, pada abad 4 sebelum masehi. Sun Tzu itu suka dibaca oleh baik samurai dulu maupun orang bisnis sekarang. Untuk menang perang, perlu strategis dan pandangan jangka panjang. Budaya bisnis Jepang lebih mementingkan keuntungan jangka panjang. Supaya menang perang seharusnya diadakan persiapan lengkap untuk bertempur setenaga kuat. Semua orang Jepang tahu pribahasa “Hara ga hette ha ikusa ha dekinu.” (Kalau lapar tidak bisa bertempur.) Oleh karena itu orang Jepang tidak akan pernah menerima kebiasaan puasa. Bagi orang Jepang, untuk bekerja harus makan dan mempersiapkan kondisi lengkap. Tentu saja di medang perang,kedisiplinan paling penting. Dalam buku Sun Tzu untuk mengajar kedisiplinan dilakukan cara yang sangat kejam. Tetapi sekarang disiplin diajarkan di sekolah dasar. Pendidikan di sekolah sangat penting. Masuk sekolah setiap hari tidak terlambat, ikut pelajaran secara rajin, hal-hal itu dasar disiplin untuk kerja di dunia bisinis. Pada setelah Restorasi Meiji, pendidikan disiplin di sekolah dasar lebih berguna untuk berkembang kapitalisme daripada ajaran agama apapun.

Kepemimpinan

Kepemimpinan Abad 21

Uraian dan pemikiran mengenai kepemimpinan Abad 21 ini beranjak dari pandangan bahwa pemimpin publik harus mengenali secara tepat dan utuh baik mengenai dirinya mau pun mengenai kondisi dan aspirasi masyarakat atau orang-orang yang dipimpinnya, perkembangan dan permasalahan lingkungan stratejik yang dihadapi dalam berbagai bidang kehidupan utamanya dalam bidang yang digelutinya, serta paradigma dan sistem organisasi dan manajemen di mana ia berperan. Tanggung jawab pemimpin adalah memberikan jawaban secara arief, efektip, dan produktif atas berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi zamannya, yang dilakukan bersama dengan orang-orang yang dipimpinnya. Untuk itu setiap pemimpin perlu memenuhi kompetensi dan kualifikasi tertentu.
Apabila konfigurasi kepemimpinan terbangun dari tiga unsur yang interdependensial, yaitu pemimpin, kondisi masyarakat termasuk orang-orang yang dipimpin, dan perkembangan lingkungan nasional dan internasional yang senantiasa mengalami perubahan, maka adalah valid jika kita mempertanyakan kualifikasi kepemimpinan atau persyaratan yang diperlukan bagi adanya kepemimpinan yang efektif dalam menghadapi kompleksitas perkembangan dan dinamika perubahan Abad 21. Dalam hubungan itu kita pun perlu mempertanyakan paradigma dan sistem organisasi dan manajemen (= administrasi negara) relevan yang diperlukan untuk menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi, baik internal mau pun eksternal, atau pun untuk mewadahi interplay dan interdependensi yang terjadi dalam proses kepemimpinan dan perubahan tersebut. Seorang pemimpin publik harus dapat melihat kehadiran dirinya dalam konteks yang luas dan dasar nilai yang dianut serta merupakan acuan hidup dan kehidupann masyarakat bangsanya. Pada tataran tertentu la harus dapat menangkap makna kehadirannya sebagai bagian dari sistem administrasi negara yang mendeterminasikan kompleksitas struktur dan dinamika proses kelembagaan masyarakat negara dan bangsa serta dalam hubungan antar bangsa, yang pada hakikinya merupakan wahana perjuangan bangsa dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan negara bangsa.
Kompleksitas dan dinamika perkembangan lingkungan stratejik, pada tataran nasional ditandai oleh permasalahan dan tantangan yang multi dimensional, di bidang sosial, ekonomi, politik, kelembagaan, serta pertahanan dan keamanan, yang di awal Abad 21 ini ditandai antara lain oleh lemahnya struktur dan daya saing perekonomian, penegakkan hukum, pelaksanaan otonomi dan desentralisasi, besarnya hutang luar negeri, tingkat kemiskinan dan pengangguran, tuntutan demokratisasi, dan ancaman desintegrasi. Pada tataran internasional, terdapat perkiraan bahwa perkembangan lingkungan global ditandai situasi, kondisi, tantangan dan tuntutan, yang makin kompleks, selalu berubah, penuh ketidakpastian, dan bahkan sering tidak ramah.
Perkembangan lingkungan stratejik tersebut menuntut pemimpin dan kepemimpinan yang solid, mampu menganti-sipasi perkembangan ke depan, membangun visi, misi, dan strateji serta mengembangkan langkah-langkah kebijakan, sistem kelembagaan dan manajemen pemerintahan yang relevan dengan kompleksitas perkembangan, permasalahan, dan tantangan yang dihadapi, baik pada tataran nasional mau pun internasional.
Dewasa ini kita dihadapkan pada situasi di mana berbagai peristiwa di dunia yang biasanya mempengaruhi orang-orang secara perlahan, sekarang menimpa kita hampir secara serta merta dan sangat kuat. Sistem ekonomi global dewasa ini telah membuat sekitar satu milyar dari 5,8 milyar penduduk dunia terintegrasi melalui produk dan pasar. Kapasitas atau kompetensi mengantisipasi perubahan tersebutl kini menjadi faktor pembeda antara kepemimpinan dengan manajemen. Organisasi agar berhasil harus mampu dan mau melakukan perubahan sesuai dengan perubahan kondisi lingkungan strategiknya (internal maupun eksternal).
Dengan memperhatikan perbedaan fundamental antara kepemimpinan dan manajemen terdahulu dapat diidentifikasi asas-asas kepemimpinan yang perlu kita acu dalam pengembangan kepemimpinan. Apabila manajemen berkaitan dengan penanggulangan kompleksitas usaha organisasi, dan kepemimpinan berkaitan dengan penanggulangan perubahan, maka terlihat suatu sebab mengapa kepemimpinan menjadi begitu penting pada akhir-akhir ini. Karena perkembangan semakin kompetitif dan mudah terombang-ambingnya berbagai organisasi oleh arus perubahan. Pada masa stabil/mapan seperti pertengahan Abad 20 dan sebelumnya, dengan adanya administrasi serta manajemen yang baik setiap organisasi bisa bertahan hidup. Namun pada masa yang intensitas dan frekuensi perubahan yang sangat tinggi seperti pada Abad 21 ini di samping manajemen yang baik juga diperlukan kapasitas dan kualifikasi kepemimpinan yang handal. Saling hubungan antar kepemimpinan, manajemen dengan instrumentasi menurut fungsi dan aktivitasnya, dan azas kepemimpinan tersebut dapat dilihat lebih lanjut pada lampiran
Abad 21 ditandai globalisasi, kehidupan manusia telah mengalami perubahan-perubahan fundamental yang berbeda dengan tata kehidupan dalam abad sebelumnya. Perubahan-perubahan besar dan mendasar tersebut menuntut penanganan yang berbeda dengan sebelumnya. Peter Senge (1994) menyatakan bahwa ke depan keadaan berubah dan berkembang dari detail complexity menjadi dynamic complexity. Interpolasi perkembangan sebagai dasar perkiraan masa depan, menjadi sulit bahkan sering salah, bukan saja karena parameter perubahan menjadi sangat banyak, tetapi juga karena sensitivitas perubahan yang laian dalam lingkup yang luas, dan masing-masing perubahan menjadi sulit diperkirakan. Abad ke-21 juga abad yang menuntut dalam segala usaha dan hasil kerja manusia termasuk di bidang kepemimpinan. Drucker bahkan menyatakan, tantangan manajemen pada Abad ke-21 adalah berkaitan dengan “knowledge worker“, yang memerlukan paradigma manajemen baru, strategi baru, pemimpin perubahan, tantangan informasi, produktivitas pegawai berbasis pengetahuan, dan kemampuan mengelola diri sendiri (Drucker, 1999).
Gelombang globalisasi itu sendiri selain menghadapkan tantangan juga peluang. Dengan kata lain, globalisasi memiliki dampak-dampak positif dan negatif. Salah satu dampak globalisasi dapat berupa bentuk-bentuk proteksionisme baru. Meskipun batas-batas negara, perdagangan bebas pada tahun 2003 ini mulai diberlakukan, namun demikian bentuk-bentuk proteksionisme yang tidak kelihatan akan muncul. Oleh sebab itu, yang dituntut di dalam masyarakat Abad 21 ialah kepemimpinan yang unggul atau “super”. Ulrich (1998) dalam kaitan ini menawarkan empat agenda utama pengembangan kepemimpinan pada abad ke-21 agar tetap menjadi “champion”, adalah: (1) menjadi rekan yang strategik, (2) menjadi seorang pakar, (3) menjadi seorang pekerja ulung, dan (4) menjadi seorang “agent of change”. Sebab, menurut Ulrich, masyarakat pada Abad 21 adalah suatu masyarakat mega-kompetisi. Pada Abad 21, tidak ada tempat tanpa kompetisi. Kompetisi telah dan akan merupakan prinsip hidup yang baru, karena dunia terbuka dan bersaing untuk melaksanakan sesuatu yang lebih baik. Disisi lain, masyarakat kompetitif dapat melahirkan manusia-manusia yang frustasi apabila tidak dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Masyarakat kompetitif dengan demikian, menuntut perubahan dan pengembangan secara terus menerus.
Adapun dampak negatif globalisasi atau lebih tegas lagi merupakan ancaman antara lain ancaman terhadap budaya bangsa; lunturnya identitas bangsa; lunturnya batas-batas negara bangsa; dan ancaman-ancaman organisasional lainnya. Kesemuanya, apabila tidak segera dilakukan perbaikannya bukan tidak mungkin akan mengancam kelangsungan hidup suatu negara. Bahkan lebih dari itu, kesatuan dan persatuan suatu bangsa dan negara dapat terkoyak dan terpecah belah. Dengan kata lain, bahwa dampak globalisasi akan menjadi ancaman yang makin besar dan serius, lebih-lebih apabila organisasi tidak memiliki kepemimpinan yang kuat.
Gambaran di atas menunjukan bahwa, pada Abad 21 diperlukan paradigma baru di bidang kepemimpinan, manajemen, dan pembangunan dalam menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan baru. Penyusunan paradigma baru menuntut proses terobosan pemikiran (break through thinking process), apalagi jika yang kita inginkan adalah output yang berupa manusia, barang, dan jasa yang berdaya saing. Dalam kaitan hal tersebut, berikut akan disajikan tentang pokok-pokok pemikiran “Kepemimpina dalam Abad 21”, dengan tetap memperhatikan berbagai perkembangan paradigma kepemimpinan sebelumnya yang dipandang valid dalam menghadapi pokok permasalahan dan tantangan abad ini.
Menurut Chowdury (2000) manajemen pada Abad 21 akan tergantung pada 3 faktor yang menopangnya, yakni kepemimpinan, proses, dan organisasi. Asset yang paling berharga bagi pemimpin Abad 21 adalah kemampuan untuk membangun impian seperti dilakukan para entrepreneurs. Faktor pertama, Pemimpin Abad 21 adalah pemimpin yang memiliki kompetensi berupa kemampuan mengembangkan peoplistic communication, emotion and belief, multi skill, dan juga memiliki next mentality. Pemimpin yang berhasil dalam mengejar dan mengerjakan impian-impiannya menggunakan komunikasi, dan memberikan inspirasi kepada setiap orang dalam organisasi untuk juga meyakini impiannya. Sebab itu, kompetensi sang pemimpin ditandai dengan sikap peoplistic bukan individualistic. Diingatkan oleh Chowdury bahwa “You can have the best communication system, but if you areindividualistic as a leader the organization suffers”. Seorang komunikator yang peopulistik mengembangkan iklim yang bersahabat di mana setiap orang dapat berkomunikasi secara cepat. Dalam organisasi yang besar komunikasi dapat mengalami kegagalan karena jenjang birokrasi dan orang hanya menerima sekitar 10% dari informasi yang dibutuhkannya. “The 21st century leader will be a firm believe in such peoplistic communication, which is fast and all envolving”.“You should touch the heart, touch the mind, touch the emotion”. Komitment emosional sangat berharga bagi manajemen. Untuk mendapatkan komitmen terhadap suatu strategi baru, dapat ditempu dengan melibatkan orang-orang dalam penyusunan startegi tersebut, dan dengan mengurangi jangka waktu antara konsptualisasi strategi dan pelaksanaannya. Sedangkan mengenai believe, dikemukakan bahwa “That should be the 21st century leader’s watchword”; dan ada perbedaan mendasar antara memenrima (accepting) dan mempercayai (believing). Bertalian denga kompetensi multi skill, Chowdury memandang bahwa “twenty first century leaders will become more multi-skilled than their 20th”…”One of the important characteristics of multi-skill leader is the abality to encourage diversity”. Sebab, tantangan organisasional sesungguhnya pada Abad 21 bukanlah jarak geograpikal, melainkan diversitas kultural. Mengenai next mentality, yang dipandang sebagai kunci keberhasilan oragnisasi Abad 21, meliputi hard working, never satisfied, idea-centric, curious, dan persistent. Kompetensi lain menurut Chowdury adalah sentuhan emosional (emotion) dan kepercayaan (belief). Emosi dalam pengertian century predecessorsFaktor kedua, Proses Abad 21 fokus pada kegiatan inti (core pactices), meliputi 4 area kritis berupa grass root education, fire prevention, direct interaction, dan effecrive globalization. Grass root education dimaksudkan pendidikan dan pelatihan yang melibatkan seluruh staff tanpa diskriminasi, dari pimpinan sampai staff biasa. Fire prevention dimaksudkan sebagau wawasan dan upaya untuk meningkatkan durasi kemanfaatan teknologi dalam produksi dan distribusi produk-produk tertentu. Direct interaction, organisasi Abad 21 menekankan lebih pada entusisme pelanggan di samping kepuasannya; “Customer enthusiasism means excitement and loyalty on the part of customer, fuelled by the service and producta available to them exceeding their expectations”. Effecrive globalization; gloablisasi selalu mengandung resiko yang berbeda antara negara yang satu dengan yang lainnya. Permasalahannya adalah berapa cepat respons dalam menghadapi perubahan dramatik yang terjadi. Dalam hubungan itu, Chowdury berpandangan bahwa manajemen harus : study local culture, local market, and local competition; prepare a busisness model that effectively seves the market needs; select the right strategic local partner or group with thw bwst local market knowledge; encourage employees by maintaining local values; introduce new and innovative product, with local flavour.
Faktor ketiga, Organisasi Abd 21 yang komit terhadap kualitas sumber daya manusia. “The driving force of behind a 21 st century organization will be it people…People manage people, inside and outside an oraganization. Effective management of people is a challlenge managers will increasingly face in the 21 st century”.
Berbagai kompetensi kepemimpinan yang telah dikemukakan terdahulu, seperti yang dikemukanan Spencer dan Kazanas, Warren Bennis, Kanter akan tetap diperlukan bagi kepemimpinan dan pemimpin Abad 21. Dalam rangka pengembangan pemikiran tersebut ada baiknya apabila kita eksplorasi dan simak kembali berbagai pandangan mengenai kepemimpinan dan pemimpin yang dikemukakan beberapa ahli. Cooper dan Sawaf (1997: p. 15), mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan seseorang pimpinan dalam merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. Bethel, mengemukakan bahwa, kepemimpinan merupakan pola keterampilan, bakat, dan gagasan yang selalu berkembang, bertumbuh, dan berubah. White Hodgson, dan Crainer (1997:129-163), berpendapat kepemimpinan masa depan adalah pemimpin yang terus belajar, memaksimalkan energi dan menguasai perasaan yang terdalam, kesederhanaan, dan multifokus. Oleh karena itu, dinyatakan bahwa kualitas menjadi penting dan kuantitas tidak lagi menjadi keunggulan bersaing. Mencari pengetahuan dan menggali ilmu harus terus dilakukan bagi pemimpin masa depan, hal ini sangat penting sebab ilmu pengetahuan merupakan energi vital bagi setiazp organisasi. Sejalan dengan pendapat ini, Kotter (1998), mengemukakan bahwa kemampuan seseorang pemimpin masa depan meliputi kemampuan intelektual dan interpersonal untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.
Ronald Heifetz dan Laurie (1998) berpendapat, kepemimpinan masa depan adalah seorang pemimpin yang adaptif terhadap tantangan, peraturan yang menekan, memperhatikan pemeliharaan disiplin, memberikan kembali kepada para karyawan, dan menjaga kepemimpinannya. Ditambahkan, kepemimpinan harus selalu menyiapkan berbagai bentuk solusi dalam pemecahan masalah tantangan masa depan. Dalam kaitannya dengan adaptasi terhadap perubahan, ditekankan pada pemanfaatan sumber daya manusia. Untuk itu, perlu dikembangkan peraturan-peraturan baru, hubungan dan kerjasama yan baru, nilai-nilai baru, perilaku baru, dan pendekatan yang baru terhadap pekerjaan.
Demikian pula halnya beberapa gaya, tipologi, atau pun model dan teori kepemimpinan yang telah berkembang pada dekade-dekade akhir Abad 20 yang relevan dalam menghadapi tantangan dan permasalahan Abad 21, dapat kita pertimbangkan dalam mengembangkan Kepemimpinan Abad 21, termasuk kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksi-onal sebagai alternatif model kepemimpinan Abad ke-21.
Kepemimpinan Transformasional.
Kepemimpinan transformasional menunjuk pada proses membangun komitmen terhadap sasaran organisasi dan memberi kepercayaan kepada para pengikut untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut. Teori transformasional mempelajari juga bagaimana para pemimpin mengubah budaya dan struktur organisasi agar lebih konsisten dengan strategi-strategi manajemen untuk mencapai sasaran organisasional.
Secara konseptual, kepemimpinan transformasional di definisikan (Bass, 1985), sebagai kemampuan pemimpin mengubah lingkungan kerja, motivasi kerja, dan pola kerja, dan nilai-nilai kerja yang dipersepsikan bawahan sehingga mereka lebih mampu mengoptimalkan kinerja untuk mencapai tujuan organisasi. Berarti, sebuah proses transformasional terjadi dalam hubungan kepemimpinan manakala pemimpin membangun kesadaran bawahan akan pentingnya nilai kerja, memperluas dan meningkatkan kebutuhan melampaui minat pribadi serta mendorong perubahan tersebut ke arah kepentingan bersama termasuk kepentingan organisasi (Bass, 1985).
Konsep awal tentang kepemimpinan transformasional telah diformulasi oleh Burns (1978) dari penelitian deskriptif mengenai pemimpin-pemimpin politik. Burns, menjelaskan kepemimpinan transformasional sebagai proses yang padanya “para pemimpin dan pengikut saling menaikkan diri ke tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi”, seperti kemerdekaan, keadilan, dan kemanusiaan, dan bukan di dasarkan atas emosi, seperti misalnya keserakahan, kecemburuan sosial, atau kebencian (Burns, 1997).
Dengan cara demikian, antar pimpinan dan bawahan terjadi kesamaan persepsi sehingga mereka dapat mengoptimalkan usaha ke arah tujuan yang ingin dicapai organisasi. Melalui cara ini, diharapkan akan tumbuh kepercayaan, kebanggan, komitmen, rasa hormat, dan loyal kepada atasan sehingga mereka mampu mengoptimalkan usaha dan kinerja mereka lebih baik dari biasanya. Ringkasnya, pemimpin transformasional berupaya melakukan transforming of visionary menjadi visi bersama sehingga mereka (bawahan plus pemimpin) bekerja untuk mewujudkan visi menjadi kenyataan. Dengan kata lain, proses transformasional dapat terlihat melalui sejumlah perilaku kepemimpinan seperti ; attributed charisma, idealized influence, inspirational motivation, intelectual stimulation, dan individualized consideration. Secara ringkas perilaku dimaksud adalah sebagai berikut.
Attributed charisma. Bahwa kharisma secara tradisional dipandang sebagai hal yang bersifat inheren dan hanya dimiliki oleh pemimpin-pemimpin kelas dunia. Penelitian membuktikan bahwa kharisma bisa saja dimiliki oleh pimpinan di level bawah dari sebuah organisasi. Pemimpin yang memiliki ciri tersebut, memperlihatkan visi, kemampuan, dan keahliannya serta tindakan yang lebih mendahulukan kepentingan organisasi dan kepentingan orang lain (masyarakat) daripada kepentingan pribadi. Karena itu, pemimpin kharismatik dijadikan suri tauladan, idola, dan model panutan oleh bawahannya, yaitu idealized influence.
Idealized influence. Pemimpin tipe ini berupaya mempengaruhi bawahannya melalui komunikasi langsung dengan menekankan pentingnya nilai-nilai, asumsi-asumsi, komitmen dan keyakinan, serta memiliki tekad untuk mencapai tujuan dengan senantiasa mempertimbangkan akibat-akibat moral dan etik dari setiap keputusan yang dibuat. Ia memperlihatkan kepercayaan pada cita-cita, keyakinan, dan nilai-nilai hidupnya. Dampaknya adalah dikagumi, dipercaya, dihargai, dan bawahan berusaha mengindentikkan diri dengannya. Hal ini disebabkan perilaku yang menomorsatukan kebutuhan bawahan, membagi resiko dengan bawahan secara konsisten, dan menghindari penggunaan kuasa untuk kepentingan pribadi. Dengan demikian, bawahan bertekad dan termotivasi untuk mengoptimalkan usaha dan bekerja ke tujuan bersama.
Inspirational motivation. Pemimpin transformasional bertindak dengan cara memotivasi dan memberikan inspirasi kepada bawahan melalui pemberian arti dan tantangan terhadap tugas bawahan. Bawahan diberi untuk berpartisipasi secara optimal dalam hal gagasan-gagasan, memberi visi mengenai keadaan organisasi masa depan yang menjanjikan harapan yang jelas dan transparan. Pengaruhnya diharapkan dapat meningkatkan semangat kelompok, antusiasisme dan optimisme dikorbankan sehingga harapan-harapan itu menjadi penting dan bernilai bagi mereka dan perlu di realisasikan melalui komitmen yang tinggi.
Intelectual stimulation. Bahwa pemimpin mendorong bawahan untuk memikirkan kembali cara kerja dan mencari cara-cara kerja baru dalam menyelesaikan tugasnya. Pengaruhnya diharapkan, bawahan merasa pimpinan menerima dan mendukung mereka untuk memikirkan cara-cara kerja mereka, mencari cara-cara baru dalam menyelesaikan tugas, dan merasa menemukan cara-cara kerja baru dalam mempercepat tugas-tugas mereka. Pengaruh positif lebih jauh adalah menimbulkan semangat belajar yang tinggi (oleh Peter Senge, hal ini disebut sebagai “learning organization”).
Individualized consideration. Pimpinan memberikan perhatian pribadi kepada bawahannya, seperti memperlakukan mereka sebagai pribadi yang utuh dan menghargai sikap peduli mereka terhadap organisasi. Pengaruh terhadap bawahan antara lain, merasa diperhatian dan diperlakukan manusiawi dari atasannya.
Dengan demikian, kelima perilaku tersebut diharapkan mampu berinteraksi mempengaruhi terjadinya perubahan perilaku bawahan untuk mengoptimalkan usaha dan performance kerja yang lebih memuaskan ke arah tercapainya visi dan misi organisasi.
Kepemimpinan Transaksaksional.
Pengertian kepemimpinan transaksional merupakan salah satu gaya kepemimpinan yang intinya menekankan transaksi di antara pemimpin dan bawahan. Kepemimpinan transaksional memungkinkan pemimpin memotivasi dan mempengaruhi bawahan dengan cara mempertukarkan reward dengan kinerja tertentu. Artinya, dalam sebuah transaksi bawahan dijanjikan untuk diberi reward bila bawahan mampu menyelesaikan tugasnya sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama. Alasan ini mendorong Burns untuk mendefinisikan kepemimpinan transaksional sebagai bentuk hubungan yang mempertukarkan jabatan atau tugas tertentu jika bawahan mampu menyelesaikan dengan baik tugas tersebut. Jadi, kepemimpinan transaksional menekankan proses hubungan pertukaran yang bernilai ekonomis untuk memenuhi kebutuhan biologis dan psikologis sesuai dengan kontrak yang telah mereka setujui bersama.
Menurut Bass (1985), sejumlah langkah dalam proses transaksional yakni; pemimpin transaksional memperkenalkan apa yang diinginkan bawahan dari pekerjaannya dan mencoba memikirkan apa yang akan bawahan peroleh jika hasil kerjanya sesuai dengan transaksi. Pemimpin menjanjikan imbalan bagi usaha yang dicapai, dan pemimpin tanggap terhadap minat pribadi bawahan bila ia merasa puas dengan kinerjanya.
Dengan demikian, proses kepemimpinan transaksional dapat ditunjukkan melalui sejumlah dimensi perilaku kepemimpinan, yakni; contingent reward, active management by exception, dan passive management by exception. Perilaku contingent reward terjadi apabila pimpinan menawarkan dan menyediakan sejumlah imbalan jika hasil kerja bawahan memenuhi kesepakatan. Active management by exception, terjadi jika pimpinan menetapkan sejumlah aturan yang perlu ditaati dan secara ketat ia melakukan kontrol agar bawahan terhindar dari berbagai kesalahan, kegagalan, dan melakukan intervensi dan koreksi untuk perbaikan. Sebaliknya, passive management by exception, memungkinkan pemimpin hanya dapat melakukan intervensi dan koreksi apabila masalahnya makin memburuk atau bertambah serius.
Berdasarkan uraian di atas, perbedaan utama antara kepemimpinan transformasional dan transaksional dapat diidentifikasi yakni, bahwa inti teori kepemimpinan transaksional terutama menjelaskan hubungan antara atasan dan bawahan berupa proses transaksi dan pertukaran (exchanges process) yang bersifat ekonomis, sementara teori kepemimpinan transformasional pada hakikatnya menjelaskan proses hubungan antara atasan dan bawahan yang di dasari nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan asumsi-asumsi mengenai visi dan misi organisasi. Hal ini bermakna, bahwa pandangan teori kepemimpinan transaksional mendasarkan diri pada pertimbangan ekonomis-rasional, adapun teori kepemimpinan transformasional melandaskan diri pada pertimbangan pemberdayaan potensi manusia. Dengan kata lain, tugas pemimpin transformasional adalah memanusiakan manusia melalui berbagai cara seperti memotivasi dan memberdayakan fungsi dan peran karyawan untuk mengembangkan organisasi dan pengembangan diri menuju aktualisasi diri yang nyata.
Meskipun masih banyak yang harus dikaji tentang kepemimpinan transformasional, namun terdapat cukup bukti dari hasil-hasil berbagai jenis penelitian empiris untuk mengusulkan beberapa pedoman sementara bagi para pemimpin yang mencoba untuk mentransformasikan organisasinya serta budayanya, dan bagi para pemimpin yang ingin memperkuat budaya yang ada dari suatu organisasi. Lebih khusus lagi, pedoman-pedoman dimaksud adalah sebagai antisipasi terhadap berbagai hal yang mungkin dihadapi pada abad ke-21. Beberapa pedoman tersebut, adalah sebagai berikut: (a) Kembangkan sebuah visi yang jelas dan menarik; (b) Kembangkan sebuah strategi untuk mencapai visi tersebut; (c) Artikulasikan dan promosikan visi tersebut; (c) Bertindak dengan rasa percaya diri dan optimis; (d) Ekspresikan rasa percaya kepada para pengikut; (e) Gunakan keberhasilan sebelumnya dalam tahap-tahap kecil untuk membangun rasa percaya diri; (f) Rayakan keberhasilan; (g) Gunakan tindakan-tindakan yang dramatis dan simbolis untuk menekankan nilai-nilai utama; (h) Memimpin melalui contoh; (i) Menciptakan, memodifikasi atau menghapuskan bentuk-bentuk kultural; dan (j) Gunakan upacara-upacara transisi untuk membantu orang melewati perubahan.
Abad 21 juga mengisyaratkan diperlukannya global leadership dan mind set tertentu. Seiring dengan dinamika perkembangan global, berkembang pula pemikiran dan pandangan mengenai kepemimpinan global (global leadership), yang akan banyak menghadapi tantangan dan memerlukan berbagai persyaratan untuk suksesnya., seperti dalam membangun visi bersama dalam konteks lintas budaya dalam kemajemukan hidup dan kehidupan bangsa-bangsa.