03 June, 2008

Serba-serbi

Bersahabat dengan Kaum Muda, bersahabat dengan Allah
Oleh : Suryadi, CSA



Gereja Keuskupan Agung Semarang (KAS) mencanangkan tahun 2008 sebagai “Tahun Anak dan Remaja” Penetapan ini bukan sekedar memberi perhatian pada anak dan remaja yang semakin diakui sebagai penentu (bukan sekedar penerus) masa depan Gereja, melainkan juga sebagai gerakan bersama membangun habitus baru menuju upaya semakin menjadi persekutuan paguyuban-paguyuban murid-mirid Yesus Kristus yang mewujudkan Kerajaan Allah yang memerdekakan. Mewujudkan Kerajaan Allah di mengerti sebagai upaya memperjuangkan persahabatan dengan Allah, untuk mengangkat martabat pribadi manusia. (Berita Misi , Missio KKI No. 21)

Berbicara mengenai kaum muda sebenarnya bagi bruder CSA bukan lagi kata asing. Bahkan ini masuk dan bergema dalam langkah perjalanan hidup sekaligus menjadi tujuan mengapa kongregasi ini didirikan. Dalam Konstitusi CSA sangat jelas di nyatakan bahwa : Kongregasi ini didirikan demi pendidikan kristiani kaum muda (Konst. 1.4.1). Lebih jelas lagi Aloysius Gonzaga, pelindung kongregasi kita diangkat oleh Bapa Suci menjadi santo teladan bagi kaum muda, oleh karena keteladanan dalam kemurnian dan semangat belajarnya.

Hidup bersama dengan kaum muda (bc : asrama) lebih dari tiga tahun, di mana ikut ambil bagian dalam pendampingi belajar, pembinaan rohani baik secara pribadi maupun bersama, mengisi rekoleksi, pemimpin doa bersama; saya rasakan sungguh mampu menggerakkan pola pikir bahwa saya mengenal kekuatan inti yang mendayai gerak mereka. Hidup bersama dengan anak jaman (dalam banyak hal relatifmemilih yang praktis, instant, menyenangkan) menjadi wahana pembelajaran memaknai hidup secara baru. Secara tidak langsung mereka memberi saya suatu kesempatan untuk bersentuhan, mengukir pengalaman diutus untuk memberi hidup. Artinya pengalaman itu memneri dorongan pada saya untuk menjadi total dalam pelayanan bagi mereka, yang memerlukan pendampingan dengan kata lain menjadi sahabat bagi kaum muda. Merasakan apa yang dirasakan, jauh dari orang tua, belajar kelompok, mengerjakan tugas, diskusi.

Menjadi sahabat dapat di pahami sebagai ungkapan : mau mendengar suara hati, keluh kesah, uneg-uneg, ide / gagasan, usulan dan pengharapan agar tecapainya suasana damai, akrab dan penuh persaudaraan. Ketika diri ini mampu membuka telinga untuk mendengarkan apa yang orang lain bagikan, kemudian hati ini terbuka untuk secara “legowo lan sumeleh” (=lepas bebas) merasakan sebagaimana yang dirasakan maka terwujudlah persahabatan dengan Allah yang menghendaki agar kita bersaudara dengan yang lain, mau menerima sebagai bagian dari hidup kita sendiri, maka Kerajaan Allah akan nyata hadir dan sungguh dirasakan..
Masuk dalam terekat yang berumah induk di wilayah gerejani Keuskupan Agung Semarang, paling tidak satu hal yang dapat dibanggakan yakni mempunyai pijakan yang kuat dalam gerakan menterjemahkan pendidikan kristiani kaum muda. KAS telah mencanangkan tahun 2008 sebagai tahun Anak dan Remaja , sekarang apa yang bisa kita lakukan ?
Masuk dalam dimensi kenabian CSA diutus ke dunia yang sekarang, seyogyanya menanggapi tawaran Allah, lebih dekat dengan kaum muda harus senantiasa berefleksi sejauh mana karya yang berhubungan dengan kaum muda mendapat tempat di hati para anggotanya. Pola pendampingan yang selama ini berjalan apakah sesuai dengan tuntutan jaman. Kadang kita justru terpatri pada keinginan dan harapan yang tidak sampai pada sasaran. Diskusi dan tanggapan menghakimi lebih dominant, di bandingkan solusi yang di wujudkan secara nyata. Ide dan gagasan seakan sudah mewakili jalannya roda penanganan, namun perlu diingat bahwa idealisme berbenturan dengan realita yang terjadi. Lebih dari itu CSA sebagai tarekat yang mempunyai option kerasulan dalam pendidikan iman kristiani, dan secara khusus bagi kaum muda maka, model kenabian yang dihidupi oleh para bruder mengacu pada dasar iman untuk membangun peradaban. Sedang misinya “….pergi dan ajarlah….” Hal ini mendorong masuk pada front kehidupan yang terdepan diutus untukm mengajar dalam dunia dan untuk dunia (sumber : buku Kharisma & spiritualitas CSA, hal. 27). Disinilah keapostolis aktifan CSA yakni berkarya ditengah dunia sejalan dengan arah Gereja.
Pendidikan iman kaum muda yang dimaksud adalah pendidikan dengan semangat kasih dan damai berlandaskan kepercayaan besar kepada Tuhan, yang senantiasa peka terhadap tanda – tanda jaman yakni kritis, kreatif, inovatif dilandasi pengabdian dengan sukacita. Dengan meneladan Yesus sendiri sebagai Gembala (pendidik), dimana gembala harus mengenal bahasa, cara hidup, kebiasaan gembalaannya (dalam hal ini adalah anak asuh, murid / siswa, binaan …) maka dalam karya perutusan yang dijalankan oleh para bruder CSA tidak meninggalkan semangat kemuridan Yesus. Beriman bagi CSA berarti menerima dan mengakui kebenaran-kebenaran, dalam pengertian kristiani berarti menjadi murid ( dan sahabat) Yesus, dengan kata lain pula dapat dimengerti sebagai alter Christus atau (Kristus) kecil yang lain untuk melanjutkan tugas perutusan yang dilakukan oleh Kristus yakni mewartakan Kerajaan Allah.

Mgr. Ignatius Suharyo, Uskup Agung Semarang dalam suratnya yang dibacakan pada saat Ekaristi mengawali Tahun Anak dan Remaja menuliskan : “Dengan cara yang berbeda-beda terlibatlah dalam kegiatan Gereja, entah itu sebagai misdinar, pengerak kategorial seperti PIA, PIR. Dengan cara itu artinya sudah ikut mengembangkan umat Allah. Pesan ini menjadi istimewa karena disertai ilustrasi : Ada seorang anak SD bernama Didik, pada suatu hari mengikuti tes dengan harapan bisa lolos menjadi pemain inti, kekhawatiran Ibunya menjadi kenyataan bahwa ia sungguh tidak terpuilih menjadi pemain inti. Namun apa yang menjadi komentar Didik ? Bu, saya dipilih untuk bertepuk tangan dan bersorak-sorai! Dengan kata lain, Didik cukup menjadi penonton saja, namun ia menerima dengan ”legowo”, tetap bangga dengan prestasinya meskipun sangat tidak kelihatan bahkan tidak diperhatikan orang. Pertunjukan sehebat apapun tanpa ada yang bertepuk tangan dan bersorak-sorai, tidak lagi menjadi pertunjukan yang hebat. Sebagai pendamping anak, kadang kita tidak sampai pada hasil pemikiran, bahwa tidak sedikit pola pikirnya jauh lebih dewasa dibanding usianya.

Berpedoman dengan ajakan tersebut CSA terlebih para anggotanya harus berani memberi warna dalam Gereja. Tidak mengejar ketenaran, kehebatan, popularitas, namun menjadi bruder CSA yang sungguh CSA. Aloisius Gonzaga, pemuda dari Lombardia menolak kebangsawanan (kemewahan, terkenal, popular, hidup terjamin). Ia memilih untuk melayani bagi sesama yang sakit, dan menderita. Ia sungguh menjadi orang muda yang rendah hati, setia kepada Allah. Dengan menjadi pelopor kegiatan pendampingan, pengajaran, atau setidaknya ambil bagian menggerakkan anak agar aktif dalam kegiatan Gerejani, menjadi teman dan sahabat bagi anak, remaja dan kaum muda berarti membangun kerajaan Allah di dunia. Atau minimal kita, mengenalkan karya perutusan dalam pendampingan terhadap mereka. Keaktifan anak di Gereja menjadi tanda kebesaran Allah. Menjadi sahabat bagi kaum muda berarti menjalin persahabatan dengan Allah.

No comments: