Bungkus Permen Jadi Suvenir, Siap Terima Pesanan
Ketika Sampah yang Jorok Disulap Jadi Duit (bagian-3)
Selain diolah menjadi pupuk kompos, sampah rumah tangga juga bisa dijadikan duit. Jadi tidak perlu merasa terlalu jijik dengan sampah. Berikut tulisan bersambung upaya warga Kota Beriman mengolah sampah jadi duit.
////////MAULIANA NOOR\\\\\\\\\\
Siapa bilang sampah harus selalu dibuang dan disingkirkan jauh-jauh. Ternyata tumpukan sampah dapat berubah menjadi barang berguna dengan desain unik dan cantik. Tentunya diperlukan kepedulian dan kreatifitas yang tinggi untuk menjadikan sampah dapat digunakan kembali.
Hal ini dibuktikan oleh Tim Penggerak PKK RT 41 kelurahan Gunung Samarinda Balikpapan Utara yang memanfaatkan beberapa barang bekas non organik seperti bungkus permen dan botol minum ukuran 1 liter menjadi barang-barang yang dapat menghasilkan duit. Barang-barang tersebut diantaranya bingkai foto, vas bunga, gantungan berbentuk rambutan dan tidak luput dari galon minum dijadikan pot-pot tanaman hias yang dijejer apik di halaman rumah warga.
Salah seorang anggota PKK RT 41 Gunung Samarinda, Tias mengatakan barang-barang kerajinan itu berasal dari hasil mengumpulkan bungkus-bungkus permen dan barang-barang yang tidak dipergunakan lagi. “Kreativitas memanfaatkan barang-barang bekas tersebut mulai dilakukan sejak duduk di sekolah dasar, dan adanya program pemerintah kota (pemkot) Clean, Green and Healthy (CGH) dalam mengelola limbah, membangkitkan kreativitas yang sudah lama terpendam,” ujar wanita berjilbab ini menjawab Post Metro, Rabu (2/3).
Berbagai kreasi dari bungkus permen dan limbah non organik yang tidak dipergunakan lagi, dibuat secara kreatif oleh para tim penggerak PKK yang terdiri dari Arni, Tris Astuti, Tias dan para kader lainnya. Ide untuk membuat barang-barang berguna dari sampah ini muncul dari kehidupan sehari-hari.
”Ini sampah yang kita kumpulkan dari lingkungan setempat, namun sejauh ini, barang-barang yang dihasilkan belum diperjualbelikan secara luas sifatnya hanya berupa suvenir yang dipergunakan untuk warga,” timpal Ketua PKK RT 41 Gunung Samarinda, Arni.
Masih kata dia, selain sampah non organik, PKK juga melakukan pengelolaan sampah-sampah organik untuk disulap menjadi pupuk kompos. “Hasil dari pengelolaan sampah organik tersebut, dipergunakan untuk tanaman hias warga,” imbuhnya seraya menyebutkan pengelolaan sampah organik sebelumnya dilakukan pemilahan sampah dan mencincang kecil-kecil sisa-sisa sayuran.
Diakui Tias dalam menciptakan barang-barang kreativ tersebut tidak mengalami kendala. “Kemungkinan kendalanya hanya faktor waktu, ya, maklulah kita adalah para ibu rumah tangga, sehingga menciptakan barang-barang kerajinan harus menyesuaikan waktu yang tepat,” ungkap dia.
Ketika disinggung oleh wartawan, jika barang-barang kerajinan tersebut mencuri hati orang yang melihatnya dan mengajukan pesanan, sanggup atau tidak. Arni pun mengatakan dengan nada penuh semangat akan mengkordinasikannya kepada para tim pengerak PKK lainnya. “Kenapa nggak dilakukan kalau ada pesanan, nanti kita akan mengerjakannya dengan gotong royong,” tandasnya dengan gelak tawa.
Sementara itu, Lurah Gunung Samarinda Abi Darda ketika ditemui Post Metro,menanggapi kreativitas warganya cukup membanggakan, pasalnya RT 41 merupakan salah satu pilot project atau proyek percontohan Kelurahan Gunung Samarinda dan peraih juara tiga dalam lomba Administrasi tingkat kota pada tahun 2007 lalu. “Cukup bangga juga, sehingga pihak kelurahan akan terus mendukung kreativitas warga tersebut,” katanya yang menyebutkan selain RT 41, RT 33 warganya juga memiliki kreativitas dalam mendaur ulang limbah rumah tangga.
Nah, dalam mendukung kegiatan positif tersebut, pihak kelurahan berencana akan membantu menyalurkan hasil kerajinan para warga tersebut. “Sampai saat ini belum, namun Insya Allah, jika hasil kerajinan tersebut berkembang, mengapa tidak rencana penyalurah akan dilakukan,” ujarnya.
(tulisan hasil copy dari :http://www.metrobalikpapan.co.id
Berita Metro Kota Kamis, 3 April 2008)
02 June, 2008
Metode Pengolahan Sampah
Pengolahan Sampah
Pengelolaan sampah mencakup juga sub system pemrosesan dan pengolahan sampah, yang perlu dikembangkan secara bertahap langsung sebagai bahan baku maupun sebagai sumber energi, sehingga tercipta keseimbangan dan keselarasan antar sub-sistem, baik dalam pengoperasian maupun pembiayaannya. Untuk memperoleh “economies of scale” dari sinkronisasi sub system yang lain, maka dalam perencanaan dan implementasinya, berbagai upaya terkait dengan upaya peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam pembiyaan dan operasionalnya harus menjadi prioritas utama.
Sebagaimana dibahas, pola pengelolaan persampahan yang selama ini dilaksanakan di Indonesia, hendaknya dikembangkan dengan memasukan pilihan pemrosesan dan pengolahan untuk menjadikan sampah sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan, baik di tingkat kawasan mapun di TPA sebagaimana terlihat dalam gambar 8.1, sehingga sampah yang akan di urug ke dalam tanah di minimalkan.
Paradigma baru yang ditopang oleh sumber daya manusia, peran serta masyarakat, visi kewiraushaan, kemampuan manajemen operasional, modal investasi dan dipicu oleh perkembangan teknologi telah mengubah pola pandang banyak pihak terhadap sampah. Dengan melihat karakteristik dan komposisinya, sampah berpotensi memberikan nilai ekonomi, misalnya bila diolah menjadi bahan kompos dan bahan daur ulang. Namun potensi nilai ekonomi ini hendaknya harus dilihat secara proposional dan lebih mengedepankan prinsip agar system yang dipilih dapat berkesinambungan. Dilihat dari komposisi sampah, maka sebagian besar sampah kota di Indonesia adalah tergolong sampah hayati, atau secara umum dikenal sebagai sampah organic. Sampah yang tergolong hayati ini untuk kota-kota besar bias mencapai 70% dari total sampah, dan sekitar 28% adalah sampah non hayati yang menjadi obyek aktivitas pemulung yang cukup professional, mulai dari sumber sampah sampai ke TPA. Sisanya sekitar 2% tergolong lain-lain seperti B3 yang perlu dikelola tersendiri. Jenis sampah dengan persentase organic yang tinggi sangat cocok diolah menjadi kompos, sumber gasbio dan sejenisnya. Sedang komponen anorganik mempunyai potensi sebagai bahan daur ulang yang juga cukup potensial seperti plastic, kertas, logam/kaleng, kaca, karet. Berdasarkan kenyataannya tersebut, akan lebih baik bila pengurangan jumlah sampah dilakukan melalui proses pengolahan sampah yang terpadu.
POLA pengelolaan sampah terpadu secara konseptual dapat digambarkan seperti skema pada gambar 8.2 berikut.
Pembangunan system persampahan yang lengkap dan dikelola secara terpadu, selain memerlukan modal investasi awal yang cukup besar, juga memerlukan kemampuan manajemen operasional yang baik. Untuk mewujudkan maksud tersebut dapat dijalin hubungan kerjasama antar daerah dan atau bermitra usaha dengan sector swasta yang potensial dan berpengalaman. Kerjasama kemitraan dapat mempercepat proses penyediaan sarana dan prasarana dengan cakupan pelayanan yang lebih luas dan peningkatan dalam mutu pelayanannya. Sistem pengelolaan yang dikembangkan harus sensitive dan akomodatif terhadap aspek komposisi dan karakteristik sampah dan kecenderungan perubahannya di masa mendatang. Sistem pengelolaan sampah harus disesuaikan dengan pergeseran nilai sampah (waste shifting values) yang selama ini dianggap sebagai bahan buangan yang tidak bermanfaat, bergeser nilainya dengan bahan-bahan bernilai bila diolah menjadi kompos dan bahan daur ulang dan daur pakai.
Teknik-teknik pemrosesan dan pengolahan sampah yang secara luas diterapkan di lapangan, khususnya di negara industri antara lain adalah:
- Pemilahan sampah, baik secara manual maupun secara mekanis berdasarkan jenisnya.- Pemadatan sampah (baling)- Pemotongan sampah- Pengomposan sampah baik dengan cara konvensional maupun dengan rekayasa- Pemrosesan sampah sebagai sumber gas-bo- Pembakaran dalam Insenerator, dengan pilihan pemanfaatan enersi panas
Sekitar tahun 1980-an Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) ITB memperkenalkan konsep Kawasan Industri Sampah (KIS) pada tingkat kawasan dengan sasaran meminimalkan sampah yang akan diangkut ke TPA sebanyak mungkin, dengan melibatkan swadaya masyarakat dalam daur-ulang sampah. Konsep sejenis sudah dikembangkan di Jakarta yaitu Usaha Daur Ulang dan Produksi Kompos (UDPK) yang dimulai sekitar tahun 1991. Seperti halnya Konsep KIS dari PPLH-ITB, maka konsep UDPK ini didasarkan atas community based development, yang merubah pendekatan pengelolaan sampah perkotaan dari fungsi pelayanan kepada fungsi produksi yang ekonomis dan menciptakan lapangan kerja sector informal. Namun dari 13 unit UDPK yang dikembangkan, menurut informasi tidak lebih dari 3 unit pada tahun 2001 yang masih beroperasi. Konsep ini tidak berjalan lancer karena membutuhkan kesiapan semua pihak untuk merubah cara fakir dan cara pandang dalam penanganan sampah, termasuk cara pandang pengelola kota setempat. Konsep sejenis juga diperkenalkan oleh BPPT dengan zero-waste nya (9). Secara teknis keberhasilan cara-cara tersebut banyak tergantung pada bagaimana memilah dan memisahkan sampah sedini mungkin, yaitu dimulai dari wadah penghasil sampah di rumah yang telah dipisah, gerobah sampah yang secara terpisah mengangkut sampah sejenis serta truk sampah yang akan mengangkut sampah sejenis atau bergantian menuju tempat pemrosesan. Tanpa upaya ini tersebut dinilai kurang begitu efisien.
Melihat komposisi sampah di Indonesia yang sebagian adalah sisa-sisa makanan, khususnya sampah dapur, maka sampah sejenis ini akan cepat membusuk, atau tergradasi oleh mikroorganisme yang berlimpah di ala mini. Cara inilah yang sebetulnya dikembangkan oleh manusia dalam bentuk pengomposan atau biogasifikasi. Di Indonesia, dengan kondisi kelembaban dan temperature udara yang relative tinggi, maka kecepatan mikroorganisme dalam “memakan” sampah yang bersifat hayati ini akan lebih cepat pula. Pengomposan merupakan salah satu teknik pengolahan limbah organic (hayati) yang mudah membusuk. Kompos dapat disebut berkualitas baik bila mempunyai karakteristik sebagai humus dan bebas dari bakteri pathogen serta tidak berbau yang tidak enak. Sampah yang telah membusuk di sebuah timbunan sampah misalnya di landfill sebetulnya adalah kompos anaerob yang dapat dimanfaatkan pada pasca operasi. Alasan utama kegagalan pengomposan selama ini adalah pemasaran (9).
Aktivitas daur-ulang sampah dapat dimulai dari rumah-rumah, misalnya penggunaan komposter individual. Cara ini diperkenalkan dan telah diuji coba oleh LitBang Pemukiman PU beberapa tahun yang lalu. Dengan volume container sekitar 60 Liter, ternyata sampah dapur khususnya sisa-sisa makanan, akan dapat ditahan di alat ini dapat menerima sampah dari sebuah keluarga selama lebih dari 6 Bulan sebelum penuh. Setelah penuh, yang dihasilkan adalah kompos yang perlu penanganan lebih lanjut. Samaph jugaa merupakan sumber biomas sebagai pakan ternak atau sebagai pakan cacaing. Khususnya untuk pakan cacing, jenis sampah yang cocok adalah sampah hayati, khususnya sampah yang berasal dari dapur. Dalam skala kotaa, dimana system pengumpulan dan pengangkutan sampah masih tercampur, maka upya ini sulit untuk tercapai baik. Dari upaya ini akan dihasilkan vermin-kompos yang berasal dari casting-nya serta bioamassa cacing yang kaya akan protein untuk makanan ternakserta kegunaan lainnya(9).
Sampah yang terbuang, sebetulnya menyimpan enersi yang dapat dimanfaatkan. Pemanfaatan enersi sampah dapat dilakukan dengan cara:a. Menangkap gasbio hasil proses degradasi secara anaerobic pada reactor (digestor)b. Menangkap gas bio yang terbentuk dari sebuah landfillc. Menangkap panas yang keluar akibat pembakaran, misalnya melalui insinerasi.
Sumber:DIKTAT KULIAH TL-3150/ITB
Oleh:Prof. Enri DamanhuriDR. TRI Padmi
(tulisan ini murni hasil copy dari :http://tsabitah.wordpress.com/)
Pengelolaan sampah mencakup juga sub system pemrosesan dan pengolahan sampah, yang perlu dikembangkan secara bertahap langsung sebagai bahan baku maupun sebagai sumber energi, sehingga tercipta keseimbangan dan keselarasan antar sub-sistem, baik dalam pengoperasian maupun pembiayaannya. Untuk memperoleh “economies of scale” dari sinkronisasi sub system yang lain, maka dalam perencanaan dan implementasinya, berbagai upaya terkait dengan upaya peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam pembiyaan dan operasionalnya harus menjadi prioritas utama.
Sebagaimana dibahas, pola pengelolaan persampahan yang selama ini dilaksanakan di Indonesia, hendaknya dikembangkan dengan memasukan pilihan pemrosesan dan pengolahan untuk menjadikan sampah sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan, baik di tingkat kawasan mapun di TPA sebagaimana terlihat dalam gambar 8.1, sehingga sampah yang akan di urug ke dalam tanah di minimalkan.
Paradigma baru yang ditopang oleh sumber daya manusia, peran serta masyarakat, visi kewiraushaan, kemampuan manajemen operasional, modal investasi dan dipicu oleh perkembangan teknologi telah mengubah pola pandang banyak pihak terhadap sampah. Dengan melihat karakteristik dan komposisinya, sampah berpotensi memberikan nilai ekonomi, misalnya bila diolah menjadi bahan kompos dan bahan daur ulang. Namun potensi nilai ekonomi ini hendaknya harus dilihat secara proposional dan lebih mengedepankan prinsip agar system yang dipilih dapat berkesinambungan. Dilihat dari komposisi sampah, maka sebagian besar sampah kota di Indonesia adalah tergolong sampah hayati, atau secara umum dikenal sebagai sampah organic. Sampah yang tergolong hayati ini untuk kota-kota besar bias mencapai 70% dari total sampah, dan sekitar 28% adalah sampah non hayati yang menjadi obyek aktivitas pemulung yang cukup professional, mulai dari sumber sampah sampai ke TPA. Sisanya sekitar 2% tergolong lain-lain seperti B3 yang perlu dikelola tersendiri. Jenis sampah dengan persentase organic yang tinggi sangat cocok diolah menjadi kompos, sumber gasbio dan sejenisnya. Sedang komponen anorganik mempunyai potensi sebagai bahan daur ulang yang juga cukup potensial seperti plastic, kertas, logam/kaleng, kaca, karet. Berdasarkan kenyataannya tersebut, akan lebih baik bila pengurangan jumlah sampah dilakukan melalui proses pengolahan sampah yang terpadu.
POLA pengelolaan sampah terpadu secara konseptual dapat digambarkan seperti skema pada gambar 8.2 berikut.
Pembangunan system persampahan yang lengkap dan dikelola secara terpadu, selain memerlukan modal investasi awal yang cukup besar, juga memerlukan kemampuan manajemen operasional yang baik. Untuk mewujudkan maksud tersebut dapat dijalin hubungan kerjasama antar daerah dan atau bermitra usaha dengan sector swasta yang potensial dan berpengalaman. Kerjasama kemitraan dapat mempercepat proses penyediaan sarana dan prasarana dengan cakupan pelayanan yang lebih luas dan peningkatan dalam mutu pelayanannya. Sistem pengelolaan yang dikembangkan harus sensitive dan akomodatif terhadap aspek komposisi dan karakteristik sampah dan kecenderungan perubahannya di masa mendatang. Sistem pengelolaan sampah harus disesuaikan dengan pergeseran nilai sampah (waste shifting values) yang selama ini dianggap sebagai bahan buangan yang tidak bermanfaat, bergeser nilainya dengan bahan-bahan bernilai bila diolah menjadi kompos dan bahan daur ulang dan daur pakai.
Teknik-teknik pemrosesan dan pengolahan sampah yang secara luas diterapkan di lapangan, khususnya di negara industri antara lain adalah:
- Pemilahan sampah, baik secara manual maupun secara mekanis berdasarkan jenisnya.- Pemadatan sampah (baling)- Pemotongan sampah- Pengomposan sampah baik dengan cara konvensional maupun dengan rekayasa- Pemrosesan sampah sebagai sumber gas-bo- Pembakaran dalam Insenerator, dengan pilihan pemanfaatan enersi panas
Sekitar tahun 1980-an Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) ITB memperkenalkan konsep Kawasan Industri Sampah (KIS) pada tingkat kawasan dengan sasaran meminimalkan sampah yang akan diangkut ke TPA sebanyak mungkin, dengan melibatkan swadaya masyarakat dalam daur-ulang sampah. Konsep sejenis sudah dikembangkan di Jakarta yaitu Usaha Daur Ulang dan Produksi Kompos (UDPK) yang dimulai sekitar tahun 1991. Seperti halnya Konsep KIS dari PPLH-ITB, maka konsep UDPK ini didasarkan atas community based development, yang merubah pendekatan pengelolaan sampah perkotaan dari fungsi pelayanan kepada fungsi produksi yang ekonomis dan menciptakan lapangan kerja sector informal. Namun dari 13 unit UDPK yang dikembangkan, menurut informasi tidak lebih dari 3 unit pada tahun 2001 yang masih beroperasi. Konsep ini tidak berjalan lancer karena membutuhkan kesiapan semua pihak untuk merubah cara fakir dan cara pandang dalam penanganan sampah, termasuk cara pandang pengelola kota setempat. Konsep sejenis juga diperkenalkan oleh BPPT dengan zero-waste nya (9). Secara teknis keberhasilan cara-cara tersebut banyak tergantung pada bagaimana memilah dan memisahkan sampah sedini mungkin, yaitu dimulai dari wadah penghasil sampah di rumah yang telah dipisah, gerobah sampah yang secara terpisah mengangkut sampah sejenis serta truk sampah yang akan mengangkut sampah sejenis atau bergantian menuju tempat pemrosesan. Tanpa upaya ini tersebut dinilai kurang begitu efisien.
Melihat komposisi sampah di Indonesia yang sebagian adalah sisa-sisa makanan, khususnya sampah dapur, maka sampah sejenis ini akan cepat membusuk, atau tergradasi oleh mikroorganisme yang berlimpah di ala mini. Cara inilah yang sebetulnya dikembangkan oleh manusia dalam bentuk pengomposan atau biogasifikasi. Di Indonesia, dengan kondisi kelembaban dan temperature udara yang relative tinggi, maka kecepatan mikroorganisme dalam “memakan” sampah yang bersifat hayati ini akan lebih cepat pula. Pengomposan merupakan salah satu teknik pengolahan limbah organic (hayati) yang mudah membusuk. Kompos dapat disebut berkualitas baik bila mempunyai karakteristik sebagai humus dan bebas dari bakteri pathogen serta tidak berbau yang tidak enak. Sampah yang telah membusuk di sebuah timbunan sampah misalnya di landfill sebetulnya adalah kompos anaerob yang dapat dimanfaatkan pada pasca operasi. Alasan utama kegagalan pengomposan selama ini adalah pemasaran (9).
Aktivitas daur-ulang sampah dapat dimulai dari rumah-rumah, misalnya penggunaan komposter individual. Cara ini diperkenalkan dan telah diuji coba oleh LitBang Pemukiman PU beberapa tahun yang lalu. Dengan volume container sekitar 60 Liter, ternyata sampah dapur khususnya sisa-sisa makanan, akan dapat ditahan di alat ini dapat menerima sampah dari sebuah keluarga selama lebih dari 6 Bulan sebelum penuh. Setelah penuh, yang dihasilkan adalah kompos yang perlu penanganan lebih lanjut. Samaph jugaa merupakan sumber biomas sebagai pakan ternak atau sebagai pakan cacaing. Khususnya untuk pakan cacing, jenis sampah yang cocok adalah sampah hayati, khususnya sampah yang berasal dari dapur. Dalam skala kotaa, dimana system pengumpulan dan pengangkutan sampah masih tercampur, maka upya ini sulit untuk tercapai baik. Dari upaya ini akan dihasilkan vermin-kompos yang berasal dari casting-nya serta bioamassa cacing yang kaya akan protein untuk makanan ternakserta kegunaan lainnya(9).
Sampah yang terbuang, sebetulnya menyimpan enersi yang dapat dimanfaatkan. Pemanfaatan enersi sampah dapat dilakukan dengan cara:a. Menangkap gasbio hasil proses degradasi secara anaerobic pada reactor (digestor)b. Menangkap gas bio yang terbentuk dari sebuah landfillc. Menangkap panas yang keluar akibat pembakaran, misalnya melalui insinerasi.
Sumber:DIKTAT KULIAH TL-3150/ITB
Oleh:Prof. Enri DamanhuriDR. TRI Padmi
(tulisan ini murni hasil copy dari :http://tsabitah.wordpress.com/)
01 June, 2008
HARTA TAK TERNILAI
Mengenal budaya Indonesia.
Kita tahu bahwa negara kita memiliki tempat wisata yang sangat banyak. Obyek wisata dari ujung barat sampai ujung timur kepulauan Indinesia merupakan harta kekayaan yang tak ternilai. Maka belum lama ini diselenggarakan pameran Gebyar Wisata Nusantara (GWN) 2008 di Gedung Balai Kartini Expo Center Jakarta, Jl Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Lebih dari 200 obyek wisata unggulan daerah mulai dari wisata alam, wisata bahari, wisata religi, wisata agro, paket-wisata dosmestik, produk cendera mata, ditampilkan. Acara ini merupakan kegiatan dalam menyukseskan Visit Indonesia Year (VIY) 2008 yang menargetkan 7 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dengan perolehan devisa sebesar US$ 6,7 miliar dan 118 juta perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) dengan pengeluaran Rp 90 triliun. "Di pameran ini pengunjung akan menemukan tempat berlibur yang lain dari biasanya dan hanya ada di Indonesia," kata Syukur Saka, Ketua Penyelenggara Pameran dari PT Wahyu Promo Citra bekerjasama dengan Depbudpar di Jakarta, beberapa waktu lalu. Dalam kesempatan ini sejumlah Pemda berkesempatan mempromosikan wisata ungulan daerahnya, seperti: petualangan menantang di Pulau Guraiji, Maluku Utara, surga nyata bawah laut di Pusat Segitiga Karang Dunia di Wakatobi, Sultra, panorama wisata bawah air dan pantai bebatuan yang menakjubkan di Kepulauan Bangka Belitung, pesona wisata Kalimantan Timur, perjalanan wisata tak terlupakan ke Serambi Mekah NAD, penjelajahan menggetarkan hati di Gunung Palung dan Danau Sentarum (Kalbar), dan peluang investasi pariwisata Daerah Maluku. Festival Seni dan Budaya NusantaraUntuk meningkatkan rasa cinta tanah air, bersamaan dengan pameran digelar pula festival seni dan budaya nusantara yang berlangsung setiap hari di panggung acara berupa tari daerah dan peragaan busana pengantin daerah. Tarian yang ditampilkan antara lain; tari wadian (Barito Selatan), tari Gading Alit (Jatim), Ratoh Duek, Rapai Geleng (Aceh Besar), Jagalili, Tayub (DI Yogyakarta), Molidadu (Bone Bolango), Tapag (Sumenep), dan Pesisiran (Jateng).Ada pula peragaan busana pengantin daerah antara lain Jawa Timur, Sibolga, Malang, Aceh Besar, Kutai Kartanegara, Padang, Papua Barat, Jawa Tengah, Sumenep, Wakatobi dan Simeule.
(sumber : Kompas, 29 Mei 2008)
Kita tahu bahwa negara kita memiliki tempat wisata yang sangat banyak. Obyek wisata dari ujung barat sampai ujung timur kepulauan Indinesia merupakan harta kekayaan yang tak ternilai. Maka belum lama ini diselenggarakan pameran Gebyar Wisata Nusantara (GWN) 2008 di Gedung Balai Kartini Expo Center Jakarta, Jl Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Lebih dari 200 obyek wisata unggulan daerah mulai dari wisata alam, wisata bahari, wisata religi, wisata agro, paket-wisata dosmestik, produk cendera mata, ditampilkan. Acara ini merupakan kegiatan dalam menyukseskan Visit Indonesia Year (VIY) 2008 yang menargetkan 7 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dengan perolehan devisa sebesar US$ 6,7 miliar dan 118 juta perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) dengan pengeluaran Rp 90 triliun. "Di pameran ini pengunjung akan menemukan tempat berlibur yang lain dari biasanya dan hanya ada di Indonesia," kata Syukur Saka, Ketua Penyelenggara Pameran dari PT Wahyu Promo Citra bekerjasama dengan Depbudpar di Jakarta, beberapa waktu lalu. Dalam kesempatan ini sejumlah Pemda berkesempatan mempromosikan wisata ungulan daerahnya, seperti: petualangan menantang di Pulau Guraiji, Maluku Utara, surga nyata bawah laut di Pusat Segitiga Karang Dunia di Wakatobi, Sultra, panorama wisata bawah air dan pantai bebatuan yang menakjubkan di Kepulauan Bangka Belitung, pesona wisata Kalimantan Timur, perjalanan wisata tak terlupakan ke Serambi Mekah NAD, penjelajahan menggetarkan hati di Gunung Palung dan Danau Sentarum (Kalbar), dan peluang investasi pariwisata Daerah Maluku. Festival Seni dan Budaya NusantaraUntuk meningkatkan rasa cinta tanah air, bersamaan dengan pameran digelar pula festival seni dan budaya nusantara yang berlangsung setiap hari di panggung acara berupa tari daerah dan peragaan busana pengantin daerah. Tarian yang ditampilkan antara lain; tari wadian (Barito Selatan), tari Gading Alit (Jatim), Ratoh Duek, Rapai Geleng (Aceh Besar), Jagalili, Tayub (DI Yogyakarta), Molidadu (Bone Bolango), Tapag (Sumenep), dan Pesisiran (Jateng).Ada pula peragaan busana pengantin daerah antara lain Jawa Timur, Sibolga, Malang, Aceh Besar, Kutai Kartanegara, Padang, Papua Barat, Jawa Tengah, Sumenep, Wakatobi dan Simeule.
(sumber : Kompas, 29 Mei 2008)
31 May, 2008
Hari Lingkungan Hidup 2008
Status Lingkungan Masih Buruk Tapi tidak Memburuk
Hal ini dikatakan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup, Rachmat Witoelar, dalam sebuah jumpa pers menyambut Hari Lingkungan Hidup 2008, di Jakarta, hari Jumat kemarin.Di atakan bahwa status lingkungan hidup Indonesia saat ini memang masih buruk tapi tidak jauh memburuk dibandingkan sebelumnya."Status lingkungan hidup kita memang masih buruk, tapi saya bisa katakan kondisinya tidak memburuk lagi sekarang. 'Pembusukan' yang terjadi selama ini sudah mulai dipahami dan disikapi secara positif," kata Rachmat Witoelar.Lebih lanjut ia menjelaskan, tingkat kesadaran publik terhadap isu lingkungan hidup sudah membaik. "Orang yang sadar lingkungan semakin banyak, para pelaku pembalakan hutan mulai dimusuhi, dan daur ulang mulai banyak dipraktikkan di banyak tempat," katanya.Menurut Rachmat, saat ini masih sangat banyak perilaku manusia yang tidak ramah terhadap lingkungan dan hal tersebut menimbulkan kerugian yang sangat besar berupa bencana alam dan kerusakan ekologi."Itu sebabnya mengapa tahun ini peringatan Hari Lingkungan Hidup di Indonesia mengambil tema nasional 'Ubah Perilaku dan Cegah Pencemaran'," ujar Rachmat.Tema itu, lanjutnya, merupakan pengakuan tidak langsung bahwa selama ini banyak perilaku masyarakat Indonesia yang buruk seperti membuang sampah sembarangan dan tidak hemat energi."Semua perilaku buruk itu harus diubah, walaupun hanya merupakan perubahan kecil seperti membuang sampah pada tempatnya," kata dia.Ketika ditanya tentang kondisi kerusakan hutan di Indonesia, Rachmat menjelaskan, secara hitung-hitungan bersih Indonesia masih lebih banyak menanam pohon ketimbang menebang pohon."Rasio pohon kita masih surplus. Jumlah pohon yang ditanam masih lebih banyak daripada jumlah pohon yang ditebang," katanya.Rachmat mengatakan, pemerintah Indonesia menargetkan penanaman pohon dalam setahunnya mencapai 400 juta batang, dan sejauh ini sudah tercapai 100 juta pohon yang ditanam."Saya sangat senang dengan pencapaian ini, saya juga sangat senang karena LSM kita sangat kuat mengadvokasi hal ini sehingga jumlah pohon yang ditanam di Indonesia melebihi jumlah pohon yang ditebang," katanya.
(sumber : dimuat di harian Republika, Jumat, 30 Mei 2008)
Hal ini dikatakan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup, Rachmat Witoelar, dalam sebuah jumpa pers menyambut Hari Lingkungan Hidup 2008, di Jakarta, hari Jumat kemarin.Di atakan bahwa status lingkungan hidup Indonesia saat ini memang masih buruk tapi tidak jauh memburuk dibandingkan sebelumnya."Status lingkungan hidup kita memang masih buruk, tapi saya bisa katakan kondisinya tidak memburuk lagi sekarang. 'Pembusukan' yang terjadi selama ini sudah mulai dipahami dan disikapi secara positif," kata Rachmat Witoelar.Lebih lanjut ia menjelaskan, tingkat kesadaran publik terhadap isu lingkungan hidup sudah membaik. "Orang yang sadar lingkungan semakin banyak, para pelaku pembalakan hutan mulai dimusuhi, dan daur ulang mulai banyak dipraktikkan di banyak tempat," katanya.Menurut Rachmat, saat ini masih sangat banyak perilaku manusia yang tidak ramah terhadap lingkungan dan hal tersebut menimbulkan kerugian yang sangat besar berupa bencana alam dan kerusakan ekologi."Itu sebabnya mengapa tahun ini peringatan Hari Lingkungan Hidup di Indonesia mengambil tema nasional 'Ubah Perilaku dan Cegah Pencemaran'," ujar Rachmat.Tema itu, lanjutnya, merupakan pengakuan tidak langsung bahwa selama ini banyak perilaku masyarakat Indonesia yang buruk seperti membuang sampah sembarangan dan tidak hemat energi."Semua perilaku buruk itu harus diubah, walaupun hanya merupakan perubahan kecil seperti membuang sampah pada tempatnya," kata dia.Ketika ditanya tentang kondisi kerusakan hutan di Indonesia, Rachmat menjelaskan, secara hitung-hitungan bersih Indonesia masih lebih banyak menanam pohon ketimbang menebang pohon."Rasio pohon kita masih surplus. Jumlah pohon yang ditanam masih lebih banyak daripada jumlah pohon yang ditebang," katanya.Rachmat mengatakan, pemerintah Indonesia menargetkan penanaman pohon dalam setahunnya mencapai 400 juta batang, dan sejauh ini sudah tercapai 100 juta pohon yang ditanam."Saya sangat senang dengan pencapaian ini, saya juga sangat senang karena LSM kita sangat kuat mengadvokasi hal ini sehingga jumlah pohon yang ditanam di Indonesia melebihi jumlah pohon yang ditebang," katanya.
(sumber : dimuat di harian Republika, Jumat, 30 Mei 2008)
30 May, 2008
Pisahkan "aku"
Habis manis sepah dibuang !
Demikian yang dilakukan banyak orang terhadapku. Selagi masih diperlukan "aku" di perhatikan, tetapi setelah isinya habis dinikmati langsung lempar sana - lempar sini. Aduh kasihan nian aku ini. Aku kadang tampil beda. Suatu ketika kemasan botol mungil, suatu ketika pula botol besar. Ah... bisa juga lho aku berupa plastik yang warna-warni, kadang daun, kadang apalagi yaaaa ?
Hai para saudara jika aku sudah selesai dipakai, tolong aku ini di rumahkan yang sesuai. Jangan dicampur aduk dengan berbagai jenis barang, rasanya tidak nyaman. Jika aku di rumahkan dengan tepat aku akan mengucapkan banyak terima kasih kepadamu. Jika aku berupa botol jangan campur aku dengan plastik, dan jika aku daun jangan paksa aku campur serumah dengan kaca. Tolong pisahkan aku menurut jenisku.
Maka di rumah, di sekolah, di kantor, dan di manapun tolong siapkan :
Demikian yang dilakukan banyak orang terhadapku. Selagi masih diperlukan "aku" di perhatikan, tetapi setelah isinya habis dinikmati langsung lempar sana - lempar sini. Aduh kasihan nian aku ini. Aku kadang tampil beda. Suatu ketika kemasan botol mungil, suatu ketika pula botol besar. Ah... bisa juga lho aku berupa plastik yang warna-warni, kadang daun, kadang apalagi yaaaa ?
Hai para saudara jika aku sudah selesai dipakai, tolong aku ini di rumahkan yang sesuai. Jangan dicampur aduk dengan berbagai jenis barang, rasanya tidak nyaman. Jika aku di rumahkan dengan tepat aku akan mengucapkan banyak terima kasih kepadamu. Jika aku berupa botol jangan campur aku dengan plastik, dan jika aku daun jangan paksa aku campur serumah dengan kaca. Tolong pisahkan aku menurut jenisku.
Maka di rumah, di sekolah, di kantor, dan di manapun tolong siapkan :
- Tempat sampah khusus plastik
- Tempat sampah khusus botol
- Tempat sampah khusus kertas
- Tempat sampah khusus botol plastik
- Tempat sampah khusus botol kaca
Bagaimana Pulau Tikus Mendapat Namanya ?
Pada tahun 1780 sebuah kapal Jepang terdampar di pulau vulkanik kecil dan kosong di Kepulauan Aleutian. Seperti kebanyakan kapal pada masa itu, kapal itu dipenuhi tikus norwegia, yakni jenis tikus biasa yang mengisi seluruh belahan bumi. Tikus-tikus itu turun ke darat untuk menemui "surga tikus" dan akhirnya memberi pulau tersebut nama itu. Nama itu diberikan seorang kapten kapal asal Rusia pada sekitar tahun 1800.
Tikus yang berkembang biak cepat itu memakan telur dan anak burung-burung laut, bahkan burung-burung laut dewasa. Hama dari kapal karam itu membentuk permukaan pulau yang menjadi sekumpulan liang dan jalur yang dipenuhi kotoran tikus.
Pada tahun 1800 burung laut dan burung penyanyi sudah hilang dari pulau itu, begiti juga tanaman asli pulau itu. Serbuan yang sama oleh tikus pada ratusan pulau terpencil di penjuru bumi dituduh sebagai penyebab punahnya separuh burung laut dan reptil sejak tahun 1600-an.
Pada tahun 2007 Fish and Wildlife Sservice Pemerintah Amerika Serikat yang mengelola kawasan lindung perairan Laut Alaska, termasuk di dalamnya Pulau Tikus, mulai merencanakan membasmi si penyelundup itu. Prigram yang sama di lebih dari 250 pulau di seluruh dunia telah memungkinkan terjadinya pemulihan dramatis populasi burung dan tumbuhan asli.
Untuk membantu pulau-pulau yang sudah dipulihkan tetap bebas dari tikus, lembaga-lembaga resmi mengeluarkan atiran antitikus kepada pelabuhan dan kapal-kapal yang melaluio perairan di sekitar pulau-pulau itu.
(sumber : Geoweek, Kompas 25 Mei 2008)
Tikus yang berkembang biak cepat itu memakan telur dan anak burung-burung laut, bahkan burung-burung laut dewasa. Hama dari kapal karam itu membentuk permukaan pulau yang menjadi sekumpulan liang dan jalur yang dipenuhi kotoran tikus.
Pada tahun 1800 burung laut dan burung penyanyi sudah hilang dari pulau itu, begiti juga tanaman asli pulau itu. Serbuan yang sama oleh tikus pada ratusan pulau terpencil di penjuru bumi dituduh sebagai penyebab punahnya separuh burung laut dan reptil sejak tahun 1600-an.
Pada tahun 2007 Fish and Wildlife Sservice Pemerintah Amerika Serikat yang mengelola kawasan lindung perairan Laut Alaska, termasuk di dalamnya Pulau Tikus, mulai merencanakan membasmi si penyelundup itu. Prigram yang sama di lebih dari 250 pulau di seluruh dunia telah memungkinkan terjadinya pemulihan dramatis populasi burung dan tumbuhan asli.
Untuk membantu pulau-pulau yang sudah dipulihkan tetap bebas dari tikus, lembaga-lembaga resmi mengeluarkan atiran antitikus kepada pelabuhan dan kapal-kapal yang melaluio perairan di sekitar pulau-pulau itu.
(sumber : Geoweek, Kompas 25 Mei 2008)
1001 Keuntungan
Kalau kita berjalan ke daerah pegunungan, atau perbukitan, atau pedesaan kita masih merasakan bahwa Indonesia sungguh daerah agraris, kaya akan aneka jenis tanaman, tumbuhan, pepohonan. Tapi kalau kita mengadakan perjalanan dan mengalami kebisingan suara kendaraan, jengkel karena kemacetan, pengap bau knalpot, menghirup asap rokok orang disebelah kita, sungguh betapa ironis bahwa kita memiliki kekayaan sumber daya alam yang patut dibanggakan, tetapi disuguhi kegersangan alam. Alangkah bagus kalau kita bisa berbuat sesuatu untuk menunjukkan identitas Indonesia yang "kaya" sumber daya alamnya.
Pertanyaan kecil untuk direnungkan : Bisa berbuat apa saya dengan itu semua ? Bisakah kita membuat suasana lingkungan rumah tempat tinggal semakin asri dengan aneka jenis tanaman. Banyak keuntungan yang kita peroleh dengan hal yang demikian, antara lain :
Pertanyaan kecil untuk direnungkan : Bisa berbuat apa saya dengan itu semua ? Bisakah kita membuat suasana lingkungan rumah tempat tinggal semakin asri dengan aneka jenis tanaman. Banyak keuntungan yang kita peroleh dengan hal yang demikian, antara lain :
- meminimalkan gas karbon dioksida (CO2), yang keluar dari asap kendaraan,
- menyerap debu jalanan yang dapat mengganggu pernapasan
- suasana hijau dedaunan menambah keasrian lingkungan
- semakin banyak tanaman akan mengundang persahabatan dengan kicauan burung-burung
Disamping itu berpengaruh terhadap perkembangan diri, seperti :
- Meminimalkan rasa malas dalam diri, apa sebab ? Begitu keluar dari rumah, kita akan berinisiatif merawat tanaman yang ada.
- Mengembangkan ide dan gagasan untuk semakin menambah perbendaharaan jenis tanaman.
- mengalihkan terbuangnya limbah : air dapat untuk menyiram, kaleng, dan botol dapat dijadikan pot atau vas.
Adakah gerak hati Anda, menumbuhkan budaya :ramah lingkungan ?
29 May, 2008
Ramah Lingkungan
Yang berbahaya dilingkungan kita;
JADILAH SAHABAT BAGI ORANG LAIN DAN KIRIMKAN TULISAN INI SEBANYAKMUNGKIN KEPADA SAHABAT ANDA.
1. BEKAS BOTOL AQUA
Mungkin sebagian dari kita mempunyai kebiasaan memakai dan memakai ulang botol plastik (Aqua, VIT , etc) dan menaruhnya di mobil atau di kantor. Kebiasaan ini tidak baik, karena bahan plastic botol (disebut juga sebagai polyethylene terephthalate or PET) yang dipakai di botol2 ini mengandung zat2 karsinogen (atau DEHA). Botol ini aman untuk dipakai 1-2 kali saja, jika anda ingin memakainya lebih lama, tidak boleh lebih dari seminggu, dan harus ditaruh ditempat yang jauh dari matahari. Kebiasaan mencuci ulang dapat membuat lapisan plastik rusak dan zat karsinogen itu bisa masuk ke air yang kita minum. Lebih baik membeli botol air yang memang untuk dipakai ber-ulang2, jangan memakai botol plastik.
Mungkin sebagian dari kita mempunyai kebiasaan memakai dan memakai ulang botol plastik (Aqua, VIT , etc) dan menaruhnya di mobil atau di kantor. Kebiasaan ini tidak baik, karena bahan plastic botol (disebut juga sebagai polyethylene terephthalate or PET) yang dipakai di botol2 ini mengandung zat2 karsinogen (atau DEHA). Botol ini aman untuk dipakai 1-2 kali saja, jika anda ingin memakainya lebih lama, tidak boleh lebih dari seminggu, dan harus ditaruh ditempat yang jauh dari matahari. Kebiasaan mencuci ulang dapat membuat lapisan plastik rusak dan zat karsinogen itu bisa masuk ke air yang kita minum. Lebih baik membeli botol air yang memang untuk dipakai ber-ulang2, jangan memakai botol plastik.
2 . PENGGEMAR SATE
Kalau Anda makan sate, jangan lupa makan timun setelahnya. Karena ketika kita makan sate sebetulnya ikut juga karbon dari hasil pembakaran arang yang dapat menyebabkan kanker. Untuk itu kita punya obatnya yaitu timun yang disarankan untuk dimakan setelah makan sate. Karena sate mempunyai zat Karsinogen (penyebab kanker) tetapi timun ternyata punya anti Karsinogen. Jadi jangan lupa makan timun setelah makan sate.
Kalau Anda makan sate, jangan lupa makan timun setelahnya. Karena ketika kita makan sate sebetulnya ikut juga karbon dari hasil pembakaran arang yang dapat menyebabkan kanker. Untuk itu kita punya obatnya yaitu timun yang disarankan untuk dimakan setelah makan sate. Karena sate mempunyai zat Karsinogen (penyebab kanker) tetapi timun ternyata punya anti Karsinogen. Jadi jangan lupa makan timun setelah makan sate.
3. UDANG DAN VITAMIN C
Jangan makan udang setelah Anda makan Vitamin C. Karena ini akan menyebabkan keracunan dari racun Arsenik (As) yang merupakan proses reaksi dari Udang dan Vitamin C di dalam tubuh dan berakibat keracunan yang fatal dalam hitungan jam.
Jangan makan udang setelah Anda makan Vitamin C. Karena ini akan menyebabkan keracunan dari racun Arsenik (As) yang merupakan proses reaksi dari Udang dan Vitamin C di dalam tubuh dan berakibat keracunan yang fatal dalam hitungan jam.
4. MI INSTAN
Untuk para penggemar mi instan, pastikan Anda punya selang waktu paling tidak 3 (tiga) hari setelah Anda mengkonsumsi mi instan, jika Anda akan mengkonsumsinya lagi, dari informasi kedokteran, ternyata terdapat lilin yang melapisi mi instan. Itu sebabnya mengapa mi instan tidak lengket satu sama lainnya ketika dimasak. Konsumsi mie instan setiap hari akan meningkatkan kemungkinan seseorang terjangkiti kanker. Seseorang, karena begitu sibuknya dalam berkarir tidak punya waktu lagi untuk memasak, sehingga diputuskannya untuk mengkonsumsi mi instan setiap hari . Akhirnya dia menderita kanker. Dokternya mengatakan bahwa hal ini disebabkan karena adanya lilin dalam mi instan tersebut. Dokter tersebut mengatakan bahwa tubuh kita memerlukan waktu lebih dari 2 (dua) hari untuk membersihkan lilin tersebut.
Untuk para penggemar mi instan, pastikan Anda punya selang waktu paling tidak 3 (tiga) hari setelah Anda mengkonsumsi mi instan, jika Anda akan mengkonsumsinya lagi, dari informasi kedokteran, ternyata terdapat lilin yang melapisi mi instan. Itu sebabnya mengapa mi instan tidak lengket satu sama lainnya ketika dimasak. Konsumsi mie instan setiap hari akan meningkatkan kemungkinan seseorang terjangkiti kanker. Seseorang, karena begitu sibuknya dalam berkarir tidak punya waktu lagi untuk memasak, sehingga diputuskannya untuk mengkonsumsi mi instan setiap hari . Akhirnya dia menderita kanker. Dokternya mengatakan bahwa hal ini disebabkan karena adanya lilin dalam mi instan tersebut. Dokter tersebut mengatakan bahwa tubuh kita memerlukan waktu lebih dari 2 (dua) hari untuk membersihkan lilin tersebut.
5. BAHAYA DIBALIK KEMASAN MAKANAN
Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari kita konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung dianggap sebagai "pelindung " makanan. Sebetulnya tidak tepat begitu, tergantung jenis bahan kemasan. Sebaiknya mulai sekarang Anda cermat memilik kemasan makanan. Kemasan pada makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi, dan informasi. Ada begitu banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan . Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya. Inilah ranking teratas bahan kemasan makanan yang perlu Anda waspadai. A. Kertas .>
Beberapa kertas kemasan dan non-kemasan (kertas koran dan majalah) yang sering digunakan untuk membungkus makanan, terdeteksi mengandung timbal (Pb) melebihi batas yang ditentukan. Di dalam tubuh manusia , timbal masuk melalui saluran pernapasan atau ngan kita. pencernaan menuju sistem peredaran darah dan kemudian menyebar ke berbagai jaringan lain, seperti: ginjal , hati, otak, saraf dan tulang. Keracunan timbal pada orang dewasa ditandai dengan gejala 3 P, yaitu pallor (pucat), pain (sakit) & paralysis (kelumpuhan) . Keracunan yang terjadipun bisa bersifat kronis dan akut. Untuk terhindar dari makanan yang terkontaminasi logam berat timbal, memang susah-susah gampang. Banyak makanan jajanan seperti pisang goreng, tahu goreng dan tempe goreng yang dibungkus dengan Koran karena pengetahuan yang kurang dari si penjual, padahal bahan yang panas dan berlemak mempermudah berpindahnya timbale makanan tsb. Sebagai usaha pencegahan , taruhlah makanan jajanan tersebut di atas piring. B . Styrofoam
Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah menjadi salah satu pilihan yang paling populer dalam bisnis pangan. Tetapi, riset terkini membuktikan bahwa styrofoam diragukan keamanannya. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styren ini menjadi pilihan bisnis pangan karena mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman, serta ringan. Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada system endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan.
Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari kita konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung dianggap sebagai "pelindung " makanan. Sebetulnya tidak tepat begitu, tergantung jenis bahan kemasan. Sebaiknya mulai sekarang Anda cermat memilik kemasan makanan. Kemasan pada makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi, dan informasi. Ada begitu banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan . Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya. Inilah ranking teratas bahan kemasan makanan yang perlu Anda waspadai. A. Kertas .>
Beberapa kertas kemasan dan non-kemasan (kertas koran dan majalah) yang sering digunakan untuk membungkus makanan, terdeteksi mengandung timbal (Pb) melebihi batas yang ditentukan. Di dalam tubuh manusia , timbal masuk melalui saluran pernapasan atau ngan kita. pencernaan menuju sistem peredaran darah dan kemudian menyebar ke berbagai jaringan lain, seperti: ginjal , hati, otak, saraf dan tulang. Keracunan timbal pada orang dewasa ditandai dengan gejala 3 P, yaitu pallor (pucat), pain (sakit) & paralysis (kelumpuhan) . Keracunan yang terjadipun bisa bersifat kronis dan akut. Untuk terhindar dari makanan yang terkontaminasi logam berat timbal, memang susah-susah gampang. Banyak makanan jajanan seperti pisang goreng, tahu goreng dan tempe goreng yang dibungkus dengan Koran karena pengetahuan yang kurang dari si penjual, padahal bahan yang panas dan berlemak mempermudah berpindahnya timbale makanan tsb. Sebagai usaha pencegahan , taruhlah makanan jajanan tersebut di atas piring. B . Styrofoam
Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah menjadi salah satu pilihan yang paling populer dalam bisnis pangan. Tetapi, riset terkini membuktikan bahwa styrofoam diragukan keamanannya. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styren ini menjadi pilihan bisnis pangan karena mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman, serta ringan. Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada system endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan.
JADILAH SAHABAT BAGI ORANG LAIN DAN KIRIMKAN TULISAN INI SEBANYAKMUNGKIN KEPADA SAHABAT ANDA.
28 May, 2008
OLEH-OLEH
Pengelolaan harta Allah ……….
(Suryadi, CSA)
Kita ini bertugas mengelola harta Allah, maka harus hati-hati semua harus berdasar kehendak Allah!
Romo Anton ! Apakah boleh harta Allah itu kita gandakan, demi masa depan TAREKAT?
Memang terasa aneh, disatu sisi berkaul kemiskinan namun disisi lain yang dibahas adalah harta kekayaan, lebih riil lagi : deposito, tabungan, saham, obligasi, dan investasi. Juga bukan yang hanya hitungan belasan juta, tetapi puluhan, ratusan bahkan ”m”. Tapi inilah yang terjadi di Panti Semedi, Klaten 10 – 14 Agustus sebanyak 70 peserta yang terdiri dari Romo, bruder, suster pengelola keuangan tarekat yang diwadahi oleh MUPERKAS (Musyawarah Pemimpin Religius KAS) berkumpul menjalani pelatihan bagaimana menjadi ekonom yang lebih baik lagi. Lebih baik dalam arti dapat membuat laporan, mengelola, mengamankan, meningkatkan serta membijaki aturan pihak ektern yang terkait, contohnya pajak sehingga sesuai dengan standar yang dipakai saat ini. Dalam aturan dinamakan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi 45 (secara khusus membicarakan organisasi nirlaba / nonprofit oriented). Disamping tujuan utama adalah pelatihan masih ada tujuan lain yang hendak dicapai dalam workshop ini yakni upaya pengambilan kebijakan yang tepat berkaitan dengan dunia investasi. Sebenarnya acara ini merupakan kelanjutan dari workshop 1 tahun yang lalu di tempat yang sama. Para narasumber yang memberikan pelatihan inipun sebagian besar adalah narasumber yang sama. Mereka adalah orang-orang yang memang berkarya dalam bidang-bidang yang saat ini menjadi perhatian khusus tarekat pada umumnya. Bahkan muncul pernyataan dari Rm. Anton K. Gunawan, O.Carm bagaimana gereja Indonesia mengalami suatu ”keprihatinan” berkenaan dengan tokoh-tokoh yang mumpuni dalam dunia investasi. Investasi adalah sarana penyelamatan dan pengembangan dana yang dikelola dengan hukum bisnis yang legal. Pengambilan keputusan yang tepat dalam investasi akan menghasilkan keuntungan yang besar. Lalu apakah menjawab pertanyaan di atas : Boleh tidak mencari keuntungan berkaitan dengan dana-dana yang dimiliki Gereja (bc : kongregasi / tarekat / ordo / serikat) ? Tanpa pengelolaan yang baik usia Gereja di Indonesia cepat dan pasti akan mengalami kematian, dan ini yang harus diselamatkan ! Banyak cara dan sarana yang dapat dipakai oleh Gereja berkaitan dengan hal ini. Rm. Anton K. Gunawan, O.Carm saat ini masih bekerja di Kantor Departemen Keuangan KWI. Sudah cukup lama beliau berurusan dengan harta Gereja ini. Selanjutnya bahan yang di jadikan pelatihan bagi para ekonom juga berkenaan perpajakan sekaligus pelatihan bagaimana menyiapkan instrument untuk auditing baik internal maupun eksternal. Bagaimana men-sikapi aturan Dirjen Pajak dengan cara dan strategi tepat sehingga bisa aman dan bijaksana. ”Berikan apa yang menjadi hak kaisar, dan berikan apa yang menjadi hak Allah”
Pembuatan pelaporan keuangan yang sesuai standart PSAK 45 di dampingi oleh staf konsultan Drs. Budidarmodjo, tim dari Semarang. Khusus pelatihan auditing, MUPERKAS yang saat ini di ketuai oleh Rm. Mulyono (provinsial MSF) mendatangkan Bp. Aloysius Haryono Yusuf cs. Pak Haryono Yusuf adalah dosen akuntansi UGM, yang terkenal dengan buku tulisannya yakni Dasar-Dasar Akuntansi, yang dipakai sebagai buku pegangan para mahasiswa Fakultas Ekonomi di universitas-universitas. Sedang perpajakan di latih oleh Ibu Lanasastri Setiadi, pakar pajak dari Bandung. Beliau juga menjelaskan apakah Tarekat itu perlu mempunyai NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) ? Dijelaskan oleh Ibu Lana bahwa menurut Undang-Undang Pajak, Tarekat adalah subyek pajak, tetapi bukan obyek pajak, maka .....lha untuk apa NPWP, jadi ya ndak perlu atau jika mau gengsi-gengsian silahkan tapi konskuensinya digendong sampai mati ! demikian penjelasan ibu Lana.
Pelatihan yang diselenggarakan MUPERKAS ini juga diikuti oleh para ekonom / keuangan Yayasan diluar MUPERKAS, mereka menyadari betapa pentingnya pengelolaan kekayaan tarekat sehingga mengetuk panitia yang diketuai oleh Sr. Anita Nudu (propinsial ADM) untuk diperbolehkan mengikuti pelatihan ini. Dengan gaya humoris yang tinggi dikatakan “Ok, boleh-boleh saja ikut ! tapi harus bayar, sambil bertujuh belasan bersama !. Dan benar disela-sela sessi berhasil dikoleksi judul-judul lagu nasional yang ketika dinyanyikan syairnya tidak ada yang tuntas alias lupa. Di katakan oleh Propinsial SY (panitia sekaligus moderator) Rm Priyono Marwan : “Keuskupan Agung Semarang adalah keuskupan yang humanistiknya tinggi, kami selalu open berkaitan dengan hal-hal seperti ini, maka mari sama-sama belajar mengelola harta Allah sambil ber fund raising “. Benar bahwa dalam pelatihan ini Romo Pri meminta kesediaan anggota serikatnya yakni Direktur JRS Rm. Suyadi, SY untuk berbagi ketrampilan dalam penyusunan Project proposal dan trik berfund raising. Untuk membantu pelatihan ini setiap peserta memang di haruskan membawa alat bantu yakni komputer notebook (laptop), dan memang banyak membantu dalam pelatihan ini.
Diakhir acara panitia meminta setiap tarekat untuk membuat rekomendasi yang ditujukan bagi para provinsial tentang apa yang harus segera diambil dan dibijaki. Diminta oleh panitia untuk menyampaikan rekomendasi itu kepada Pimpinan tarekat yang bersangkutan sepulang dari pertemuan ini. Semoga !
_______________________
Pengelolaan harta Allah ……….
(Suryadi, CSA)
Kita ini bertugas mengelola harta Allah, maka harus hati-hati semua harus berdasar kehendak Allah!
Romo Anton ! Apakah boleh harta Allah itu kita gandakan, demi masa depan TAREKAT?
Memang terasa aneh, disatu sisi berkaul kemiskinan namun disisi lain yang dibahas adalah harta kekayaan, lebih riil lagi : deposito, tabungan, saham, obligasi, dan investasi. Juga bukan yang hanya hitungan belasan juta, tetapi puluhan, ratusan bahkan ”m”. Tapi inilah yang terjadi di Panti Semedi, Klaten 10 – 14 Agustus sebanyak 70 peserta yang terdiri dari Romo, bruder, suster pengelola keuangan tarekat yang diwadahi oleh MUPERKAS (Musyawarah Pemimpin Religius KAS) berkumpul menjalani pelatihan bagaimana menjadi ekonom yang lebih baik lagi. Lebih baik dalam arti dapat membuat laporan, mengelola, mengamankan, meningkatkan serta membijaki aturan pihak ektern yang terkait, contohnya pajak sehingga sesuai dengan standar yang dipakai saat ini. Dalam aturan dinamakan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi 45 (secara khusus membicarakan organisasi nirlaba / nonprofit oriented). Disamping tujuan utama adalah pelatihan masih ada tujuan lain yang hendak dicapai dalam workshop ini yakni upaya pengambilan kebijakan yang tepat berkaitan dengan dunia investasi. Sebenarnya acara ini merupakan kelanjutan dari workshop 1 tahun yang lalu di tempat yang sama. Para narasumber yang memberikan pelatihan inipun sebagian besar adalah narasumber yang sama. Mereka adalah orang-orang yang memang berkarya dalam bidang-bidang yang saat ini menjadi perhatian khusus tarekat pada umumnya. Bahkan muncul pernyataan dari Rm. Anton K. Gunawan, O.Carm bagaimana gereja Indonesia mengalami suatu ”keprihatinan” berkenaan dengan tokoh-tokoh yang mumpuni dalam dunia investasi. Investasi adalah sarana penyelamatan dan pengembangan dana yang dikelola dengan hukum bisnis yang legal. Pengambilan keputusan yang tepat dalam investasi akan menghasilkan keuntungan yang besar. Lalu apakah menjawab pertanyaan di atas : Boleh tidak mencari keuntungan berkaitan dengan dana-dana yang dimiliki Gereja (bc : kongregasi / tarekat / ordo / serikat) ? Tanpa pengelolaan yang baik usia Gereja di Indonesia cepat dan pasti akan mengalami kematian, dan ini yang harus diselamatkan ! Banyak cara dan sarana yang dapat dipakai oleh Gereja berkaitan dengan hal ini. Rm. Anton K. Gunawan, O.Carm saat ini masih bekerja di Kantor Departemen Keuangan KWI. Sudah cukup lama beliau berurusan dengan harta Gereja ini. Selanjutnya bahan yang di jadikan pelatihan bagi para ekonom juga berkenaan perpajakan sekaligus pelatihan bagaimana menyiapkan instrument untuk auditing baik internal maupun eksternal. Bagaimana men-sikapi aturan Dirjen Pajak dengan cara dan strategi tepat sehingga bisa aman dan bijaksana. ”Berikan apa yang menjadi hak kaisar, dan berikan apa yang menjadi hak Allah”
Pembuatan pelaporan keuangan yang sesuai standart PSAK 45 di dampingi oleh staf konsultan Drs. Budidarmodjo, tim dari Semarang. Khusus pelatihan auditing, MUPERKAS yang saat ini di ketuai oleh Rm. Mulyono (provinsial MSF) mendatangkan Bp. Aloysius Haryono Yusuf cs. Pak Haryono Yusuf adalah dosen akuntansi UGM, yang terkenal dengan buku tulisannya yakni Dasar-Dasar Akuntansi, yang dipakai sebagai buku pegangan para mahasiswa Fakultas Ekonomi di universitas-universitas. Sedang perpajakan di latih oleh Ibu Lanasastri Setiadi, pakar pajak dari Bandung. Beliau juga menjelaskan apakah Tarekat itu perlu mempunyai NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) ? Dijelaskan oleh Ibu Lana bahwa menurut Undang-Undang Pajak, Tarekat adalah subyek pajak, tetapi bukan obyek pajak, maka .....lha untuk apa NPWP, jadi ya ndak perlu atau jika mau gengsi-gengsian silahkan tapi konskuensinya digendong sampai mati ! demikian penjelasan ibu Lana.
Pelatihan yang diselenggarakan MUPERKAS ini juga diikuti oleh para ekonom / keuangan Yayasan diluar MUPERKAS, mereka menyadari betapa pentingnya pengelolaan kekayaan tarekat sehingga mengetuk panitia yang diketuai oleh Sr. Anita Nudu (propinsial ADM) untuk diperbolehkan mengikuti pelatihan ini. Dengan gaya humoris yang tinggi dikatakan “Ok, boleh-boleh saja ikut ! tapi harus bayar, sambil bertujuh belasan bersama !. Dan benar disela-sela sessi berhasil dikoleksi judul-judul lagu nasional yang ketika dinyanyikan syairnya tidak ada yang tuntas alias lupa. Di katakan oleh Propinsial SY (panitia sekaligus moderator) Rm Priyono Marwan : “Keuskupan Agung Semarang adalah keuskupan yang humanistiknya tinggi, kami selalu open berkaitan dengan hal-hal seperti ini, maka mari sama-sama belajar mengelola harta Allah sambil ber fund raising “. Benar bahwa dalam pelatihan ini Romo Pri meminta kesediaan anggota serikatnya yakni Direktur JRS Rm. Suyadi, SY untuk berbagi ketrampilan dalam penyusunan Project proposal dan trik berfund raising. Untuk membantu pelatihan ini setiap peserta memang di haruskan membawa alat bantu yakni komputer notebook (laptop), dan memang banyak membantu dalam pelatihan ini.
Diakhir acara panitia meminta setiap tarekat untuk membuat rekomendasi yang ditujukan bagi para provinsial tentang apa yang harus segera diambil dan dibijaki. Diminta oleh panitia untuk menyampaikan rekomendasi itu kepada Pimpinan tarekat yang bersangkutan sepulang dari pertemuan ini. Semoga !
_______________________
27 May, 2008
TIPS
Banyak orang mengatakan : Tidak punya waktu ! Sibuk ! Waktu ku habis !. Berati Anda belum pintar mengatur waktu. Waktu selalu ada. Bukankah Tuhan memberi hari yang cukup untuk Mu ? Kami tawarkan kepada Anda, saya kira ini baik kalau dilakukan, agar hidup ini lebih berarti.
- Sebelum tidur malam, heninglah sesaat ingat kembali langkah hidupmu dari bangun pagi sampai mau tidur. Bisa 3 - 5 menit.
- Buat 1 niat baik untuk hari esok.
- Sebelum beranjak dari tempat tidur pagi hari, katakan : Aku harus semangat !
- Berikan senyum pertama mu pada orang yang kamu jumpai dan, katakan : Selamat Pagi.
- Sesampai di tempat kerja : tulislah rencana yang akan kamu lakukan hari itu.
- Siang hari ketika berpisah dengan teman se kerja mu katakan : Salam untuk semua yang ada dirumah ! Malam hari tulislah dalam buku harian mu : Pengalaman baik dengan orang lain dan pengalaman tidak baik pada orang lain.
- Dan katakan dalam hati : SUDAHKAH HARI INI AKU BERBUAT BAIK !
Subscribe to:
Posts (Atom)